Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Alex Sutantio, Generasi Ke-2 Cimory di Bisnis Cokelat

Athurtian , Jurnalis-Minggu, 01 Februari 2015 |16:09 WIB
Alex Sutantio, Generasi Ke-2 Cimory di Bisnis Cokelat
Alex Sutantio (Foto : Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Pemilik PT Cisarua Mountaine Dairy (Cimory), Bambang Sutantio, bergulat di bisnis susu segar dan yoghurt sejak 2006. Namun di tangan generasi kedua, Cimory merambah bisnis cokelat dengan label Chocomory.

Bambang memang menantang anak-anaknya untuk melakukan ekspansi agar tetap menjaga eksistensi di dunia bisnis. Axel Sutantio, yang merupakan anak kedua Bambang, mencoba menjawab tantangan sang Ayah.

"Waktu itu dipancing suruh buat ide usaha sendiri, supaya menstimulus bisnis sains. Nah saya pikir apa sih bahan baku produk yang banyak di Indonesia tapi masih bisa dikembangkan dari segi produknya?" cerita Axel belum lama ini kepada Okezone.

Setelah melakukan riset berbulan-bulan untuk membuka usaha baru, lahirlah sebuah ide untuk mengembangkan komoditi cokelat. Rasa keingintahuannya pun terus menggebu hingga akhirnya benar-benar terus ke dunia bisnis cokelat.

Menurutnya, selama ini bahan baku produksi cokelat yang ada di Indonesia cukup melimpah, namun produk siap makan yang dihasilkan dari produk cokelat masih sangat sedikit. Padahal Indonesia menduduki peringkat ke-3 dunia untuk ketersedian bahan baku.

"Dari situ saya tergerak, apa lagi cokelat itu identik dengan orang happy. Kalau lihat cokelat jadi ingin membeli. Saya pikir ada baiknya kita mulai di industri cokelat, apa lagi tempatnya ada di daerah pariwisata," katanya.

Mulai Menemui Kendala

Setelah menjawab tantangan dari sang Ayah, pihak keluarga pun mendukung terobosan baru Axel. Menurut Axel saat pertama melangkah bisnis cokelat, dirinya merasa kesulitan dalam mendapatkan suplai bahan baku yang bagus untuk produk cokelatnya karena tidak memiliki jaringan distribusi bahan baku yang belum dikenalnya.

"Saya sempat ditolak sama supplier. Mereka menilai saya baru mulai, jadi tidak diuruslah, kasar katanya. Makannya sempat beberapa kali, saya kecewa sama supplier di Indonesia," ujarnya.

Meski demikian, Axel tak patah arang untuk terus mencari supplier terbaik. Sampai akhirnya dia bisa mendapatkan pasokan hingga saat ini.

Tak berhenti di situ. Halangan terus menerjang Axel yang memulai menemukan titik terang bisnisnya. Omongan-omongan tak enak dari teman-teman tentang dirinya yang hanya memulai bisnis warisan dari Sang Ayah kian menjadi fakta yang ditemuinya dalam menjalankan bisnisnya.

"Itu adalah fakta. Memang saya tidak membangun usah dari nol. Ayah saya sudah membangun bisnis ini lari 100 meter, tapi saya selaku generasi kedua harus bisa berlari 2 sampai 5 kilo meter, dan harus membawa bisnis ini lebih besar. Bukan lari dengan kecepatan yang sama. Itu tugas saya," tegas dia dengan penuh optimis.

Berangkat dari situ Axel memulai bisnisnya pada 2012. Usaha cokelat yang digelutinya mulai bertahan sejak dua tahun terakhir. Dia bersyukur sampai saat ini masih didukung penuh oleh orangtuanya. Pesan yang selalu dia ingat dalam membangun usaha bisnis yang ditanamkan sang Ayah, yakni jangan pernah takut gagal dalam memulai bisnis.

"Ada pepatah bilang ‘if you fight (kalau kamu melawan) you make lost (kamu mungkin kalah). If you don’t fight you have alredy lost (Tetapi jika kamu tidak berjuang, kamu sudah pasti kalah)’. Melalui pepatah itu, papa saya mengajari. Waktu itu saya pikir, ya sudah kita harus bisa mencoba sesuatu. Harus bisa membuktikan," ingatnya.

Manisnya Cokelat Mulai Dirasakan

Sudah dua tahun Axel mengembangkan Chocomory. Gerainya di Komplek Cimory Riverside, Puncak, Jawa Barat, selalu ramai pembeli. Brand Chocomory pun mulai dikenal publik. Alex mampu memproduksi aneka bentuk dan rasa cokelat hingga 500 kg per hari. Soal harga jual, dia membanderol kisaran Rp2.000-Rp40.000.

"Kami sangat bangga memasuki tahun ketiga produksi kami. Produk Chocomory telah dipercaya oleh wisatawan asing dan lokal saat berkunjung ke daerah Puncak. Sehingga produk kami mulai dikenal sebagai oleh-oleh khas Puncak," ujar dia.

Tak puas melangkah di situ, Axel pun siap melangkahkan kakinya dengan membuat sejumlah terobosan. Ke depannya dia akan menggarap kelas edukasi cokelat. Tujuannya untuk lebih mengenal dan mencintai cokelat buatan Indonesia, yang tidak kalah enak dengan cokelat asing. "Memang kelas edukasi cokelat ini belum jadi. Tetapi kita sedang dalam tahap pengembangan,” katanya.

Dia menjelaskan, nantinya kelas edukasi cokelat ini akan menyasar kepada anak-anak usia kelas TK hingga SMP. Di kelas tersebut mereka akan mengenal lebih dekat tentang sejarah cokelat, teknik pembuatan cokelat, sehingga mereka memiliki pengalaman yang berharga dari mereka. "Saya harapkan anak-anak ini mulai menjadi melek, kalau Indonesia kaya tanaman cokelat dan ternyata Indonesia juga bisa buat cokelat kualitas yang bagus," tukasnya.

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement