Sayangnya, ambisi Fredercik untuk meraup pangsa pasar Indonesia seperti pepatah ‘maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai’. Maksudnya ambisi Frederick tersebut masih terhambat dengan budaya belanja masyarakat Indonesia.
Banyak faktor yang membuat pola berbelanja online masih belum banyak dilakukan. Menurut dia, selain tingkat kepercayaan yang masih rendah, infrastruktur internet di Indonesia tidak secepat di negara Asia lainnya. Padahal, akses internet sangat krusial bagi bisnis e-commerce.
Kendati demikian, pria yang hobi berselancar ini mengatakan tidak ambil pusing terhadap minimnya penetrasi internet Indonesia. Menurutnya, semua itu bukan menjadi hambatan, namun kesempatan untuk berkembang, buktinya dalam tiga tahun Zalora selalu tumbuh double digit.
"Saya pikir kita tidak harus melihat seberapa Indonesia siap untuk menjalani pertumbuhan e-commerce, tapi seberapa besar kesempatannya untuk memulai bisnis ini. Dan di Indonesia peningkatannya cukup cepat. Karena ada beberapa penetrasi, seperti pertumbuhan layanan internet, jaringan mobile, dan juga ekosistem logistik," jelas dia.
"Tapi yang kita tahu, pasar di sini cukup besar untuk banyak perusahaan. Dan ini juga cukup besar untuk kami tumbuh, sangat sustainable, double digit rate setiap bulan. Jadi ini cukup besar," tutur Frederick.
(Rizkie Fauzian)