Saat ini, pemerintah tengah mengkaji investasi hijau . Hal tersebut dikarenakan, sudah banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi akibat investasi yang hanya memikirkan keuntungan saja.
General Director ICRAF Tony Simons mengungkapkan, investasi hijau dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Disamping itu, adanya pelestarian lingkungan yang berdampak pada kesehatan.
"Karena apa? Kalau planet ini rusak, kita tidak bisa membeli planet lain. Tak peduli berapa pun anda punya uang," tegas Tony di Hotel Shangri-la, Jakarta, Senin (27/4/2015).
CEO Conservation International Peter Seligmann menambahkan, investasi hijau sangat cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini melihat potensi kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang beragam.
"Indonesia kaya dengan aneka hayati, belum ada yang menandinginya. Tapi ada sektor bisnis yang sudah menyumbang peningkatan pendapatan di daerah Indonesia," paparnya.
Seligmann mencontohkan, pelestarian lingkungan di Papua Barat telah menyumbang pendapatan dari sektor perikanan hingga 25 kali lipat selama puluhan tahun lamanya. Potensinya akan meningkat sampai 1.000 kali lipat dan masyarakat sekitar dapat menerima manfaatnya.
"Ada kemitraan yang dilakukan di Sumatera Utara untuk mendanai landscape tropis. Hasilnya menumbuhkan karet, kopi dan kelapa sawit di pasar nasional dan internasional. Ada 35 ribu kepala Keluarga yang menerima manfaat," ucapnya.
"Ada kendala yang harus diatasi pemerintah Indonesia yakni, kebijakan yang bertentangan dengan prioritas. Tata kelola penegakan hukum pun kurang efektif," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)