JAKARTA - Indonesia rawan berpotensi menjadi negara pengimpor energi terbesar di dunia. Bahkan, posisinya bisa menduduki peringkat ke-14.
Menurut CEO Medco Energy Fazil Alfitri, kondisi itu bisa terjadi sebagai akibat adanya krisis energi pada 2030. Diproyeksikan kondisi yang akan datang tersebut terjadi ketika Indonesia bukan lagi penghasil migas.
"Energi terbarukan memang merupakan satu-satunya cara untuk maju termasuk melaui perspektif komersial," ujar Fazil Alfitri dalam keterangan terulis, di Jakarta, Selasa (28/4/2015).
Sementara itu menurut Ketua Gugus Kerja Percepatan Pembangunan Energi Terbarukan, Kementerian Energi dan Sumer Daya Mineral Republik Indonesia William Sabandar, pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) memiliki peran yang penting untuk mencapai kedaulatan energi.
EBT merupakan masa depan energi karena makin menipisnya energi fosil. EBT ditargetkan mencapai 23 persen komposisi energi nasional pada 2025, saat ini hanya 6 persen dan selama ini tumbuh lambat. Oleh karena itu, EBT harus tumbuh 70 persen dan tidak bisa dilakukan dengan “business as usual”.
"Semua pihak harus bekerja sama untuk mencapai target yang ambisius tersebut. Potensi EBT di Indonesia berlimpah namun masih sedikit dimanfaatkan,” tutur William.
(Meutia Febrina Anugrah)