"Ngeluh sudah sering sekali, karena selalu memakan waktu lama, bahkan sampai ke JK (Wapres Jusuf Kalla). Kesepakatan harga yang paling berat," kata Direktur Investasi dan Pengembangan Pupuk Indonesia Nugraha Budi Eka Irianto saat berbincang bersama wartawan, Jakarta, Selasa (14/7/2015).
Nugraha menyebutkan, dalam menentukan kesepakatan harga gas di Indonesia sering terjadi tarik ulur dan selalu menjadi kendala bagi Pupuk Indonesia. Pasokan gas industri selama ini didominasi oleh perusahaan migas swasta seperti Exxon Mobile dan ConocoPhilips melalui production sharing contract (PSC).
Nugraha menuturkan, harga yang harus dibayarkan Pupuk Indonesia tergantung jenis lapangan. Untuk yang di daerah Kalimantan Timur harganya sekira USD7,4 per 1 MMBTU, sedangkan yang termurah sekira USD4,5 per 1 MMBTU dan itu berada di Palembang.
"Kalau dibanding Malaysia, mereka USD4,5 per 1 mmbtu. Karena kan disana dikontrol Petronas, dikendalikan pemerintah. Kalau di kita kan sebagian besar justru bukan Pertamina, tapi seperti Exxon dan Conoco. Berat posisi kita," tambahnya.