Salah satu perajin lampion kemerdekaan, Eka Nurwijayanti, mengungkapkan saat ini permintaan lampion hias bertema HUT kemerdekaan ke-70 RI mencapai kisaran 2.500 unit.
Menurutnya, jumlah itu jauh meningkat dibanding saat menjelang Lebaran lalu yang sempat tembus 2.000 pesanan, atau pada hari biasa yang hanya di bawah produksi 500 lampion.
"Kami sampai harus menghentikan dulu produksi tas bahan daur ulang untuk fokus menyelesaikan pesanan lampion yang melimpah," tutur Eka di sela kegiatannya membuat lampion kemerdekaan di tempat usahanya di Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kamis (13/8/2015).
Dengan banyaknya pesanan, dirinya terpaksa mengerahkan 10 orang pekerja dari para tetangganya agar pesanan lampion selesai tepat waktu. Sepuluh para pekerja dianjurkan untuk lembur mengerjakan lampion mulai dari kerangka lampion yang terbuat dari kayu, limbah pabrik pengolahan kayu, hingga menutup kerangka dengan plastik vinyl.
Eka menjelaskan, mayoritas pesanan yang dia terima yakni lampion berbentuk kotak atau persegi dengan berbagai ukuran. Dengan bentuk yang sederhana ini, perajin lampion tidak begitu merasa kesulitan dalam pembuatannya dan juga pesanan dengan jumlah banyak lebih cepat pengerjaannya, meskipun waktunya terbatas.
"Bentuk ini (persegi/kotak) adalah yang paling diminati pembeli. Kami belum berencana membuat inovasi model lain karena selain lebih rumit, harga jual produk biasanya juga menjadi mahal dan itu memberatkan pembeli," kata Agus, perajin lain di lokasi yang sama.