JAKARTA - Industri kemasan agaknya masih akan terbentur permasalahan dari sisi pemenuhan bahan baku. Pasalnya sektor hulu dari industri pengemasan di Indonesia masih minim.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia, Henky Wibawa, mengatakan penanaman modal baru untuk investasi produksi bahan baku plastik di Indonesia masih minim. Padahal kebutuhan akan bahan baku untuk kemasan terus meningkat.
"Indonesia masih lemah dalam hal permesinan. Saya lupa angkanya untuk investasi hulu. Dua tahun ini semuanya tiarap, tapi tetap masuk. Investasi untuk mendirikan pabrik baru juga masih ada," ucapnya di Kemayoran, Jakarta, Rabu (18/11/2015).
Namun menurut Henky permintaan akan bahan baku untuk tahun depan masih tetap akan meningkat. Setiap tahunnya tercatat industri kemasan membutuhkan bahan baku biji plastik sekitar 2.500-3.000 ton. Sayangnya 50 persen dari kebutuhan tersebut masih harus didapat melalui impor dari negara-negara timur tengah.
"Kalau selama tidak ada penanaman modal baru untuk di hulunya, tentu kita butuh bahan baku lebih banyak melalui impor lagi dong. Karena demand-nya meningkat," imbuhnya
Sementara untuk impor, Henky mengaku pelaku industri ini masih menghadapi banyak masalah. Selain karena bea masuk yang masih cukup besar dan infrastruktur yang masih lemah, fluktuasi nilai tukar Rupiah juga masih menjadi kendala.
Kendati begitu, Henky berharap pemerintah bisa mengatasi permasalahan tersebut. Dirinya pun yakin tahun depan industri ini bisa tumbuh lebih baik dari tahun ini dan sebelumnya. "Tahun ini masih tiarap, tapi kita harapkan di 2016. Karena market di Indonesia besar, penduduk sangat besar. Jadi market tumbuh," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)