JAKARTA – Kebiasaan orang Amerika Serikat (AS) meminum soda sudah berkurang dari sebelumnya. Pada 2015, Coca-Cola mencatatkan penurunan penjualan hingga 2 persen.
"Orang-orang bertanya kepada saya, 'Kapan menurut Anda kategori minuman ringan berkarbonasi akan berhenti menurun?’ Pertanyaan itu mengukur volume, galonasi, bukan paketan,” kata presiden Coca-Cola Amerika Utara Sandy Douglas dalam sebuah Konferensi Global Consumer dan Retail, seperti dilansir dari Business Insider, Kamis (19/11/2015).
Meski nilai "transaksi" pembelian turun, namun nilai penjualan untuk kemasan kaleng dan botol tumbuh 15 persen. Pasalnya, perusahaan Coca-Cola telah memangkas kemasan ukuran kaleng serta botolannya menjadi lebih kecil.
Coca-Cola telah mengubah produk kalengannya menjadi lebih kecil dari ukuran sebelumnya. Hal ini dilakukan Coca-Cola lantaran perusahaan menyadari konsumsi minuman soda mengalami penurunan. Bagaimanapun, Sandy mengatakan bahwa menurunnya konsumsi soda merupakan hal yang baik bagi perusahaan.
Selain itu, Coca-Cola memangkas ukuran kemasan agar perusahaan dapat penghasilan lebih setiap konsumen yang meminum soda. Selagi pelanggan membeli kemasan lebih kecil, maka perusahaan akan semakin menghemat dalam hal memproduksi kemasan.
"Konsumen bergerak ke kemasan yang lebih kecil," kata Douglas. “Sebuah kemasan ukuran 12 ons diperdagangkan menjadi kemasan 7 ons yang berarti pengurangan sebanyak 30 persen dalam volume, akan tetapi itu mampu meningkatan pendapatan." tambahnya.
Misalnya, botol aluminium 8,5 ons menghasilkan USD1,6 per pembelian, sementara satu galon dua liter hanya menghasilkan USD0,18. Itu hampir sembilan kali pendapatan.