"Proposal desain B sebagai metode yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk konstruksi (mempeRpendek periode bangunan) dengan menggunakan bahan-bahan baru untuk membangun stadion, sedangkan proposal desain A menggunakan lebih kepada metode ortodoks yang akrab bagi semua orang. Saya percaya hakim memberikan nilai “A” pada desain yang tidak menonjolkan kesan 'wah'," ujar Takashi Moriyama, seorang arsitek dan kritikus, kepada koran itu.
Hakim Dewan Olahraga Jepang (Japanese Sports Council) akhirnya jatuh cinta dengan desain yang diusung Kuma. Pasalnya, desain tersebut secara drastis telah mampu disederhanakan dan dapat diandalkan karena tidak terlalu terkesan ‘wah’.
Sebagaimana diketahui, stadion berbentuk topi baja mencolok yang dirancang oleh Hadid memicu kontroversi. Pasalnya, sebagian besar berasal dari ukuran stadion dan biaya yang akan ditelan sangat besar. Ketika itu, Hadid mengajukan proposal senilai USD2 miliar atau setara Rp 27,300 triliun (mengacu kurs Rp13.650 per USD), dengan memakan ruang seluas 840.660 kaki persegi.
Bila dibandingkan dengan bangunan seluas 779.307 meter persegi hasil rancangan Kuma, maka diperkirakan, desain baru yang diusung Kuma hanya akan menelan biaya yang tidak terlalu signifikan, yakni sekira USD1,3 miliar atau setara Rp17,745 triliun.
(Rizkie Fauzian)