SURABAYA – Media memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu perkotaan. Berbagai informasi dan pengetahuan yang disampaikan secara tak langsung bakal membantu pengembangan kota.
”Media bisa menumbuhkan kesadaran khalayak, terutama menyebarluaskan pengetahuan dan isu perkotaan,” kata Deputy Editor The Guardian News Christopher Michael, pada acara Urban Journalism Academy The Third Session Preparatory Committe (Prepcom) III United Nation (UN) Habitat di Surabaya. (Baca juga: 5 Butir Pemikiran Membangun Perkotaan)
Menurut Christopher, jurnalis dianggap sebagai kelompok elite yang mengetahui seluk beluk kehidupan perkotaan, bahkan terkadang dinilai melebihi kelompok masyarakat lain. Dari situlah jurnalis bisa menggambarkan realitas perkotaan dan merefleksikannya dari sudut pandang yang berbeda.
”Jurnalis dinilai mengetahui kehidupan kota sehingga mampu memberikan suara untuk perubahan perkotaan,” tutur dia pada forum yang diikuti para jurnalis baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional tersebut.
Karena itu, lanjut Christopher, sudah saatnya mendorong media lebih proaktif menunjukkan peran substansif mereka dalam upaya pengembangan kota, baik pada skala internasional, nasional, dan lokal.
”Media jangan terjebak isuisu permukaan, melainkan harus lebih mendalami substansi persoalan yang dihadapi perkotaan. Media harus memiliki analisis yang mendalam tentang peluang, tantangan, dan solusi yang ditemukan di atas kerangka perkotaan,” katanya.
Ungkap Sukses
Sementara dalam forum terpisah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan keberhasilan yang dicapai Surabaya dalam hal kebersihan kota. Dia mengungkapkan sejumlah program yang hasilnya saat ini sudah terlihat salah satunya kampung bersih. Risma mengatakan, kampung bersih terealisasi melalui penerapan program pengelolaan sampah dengan pola reduce (mengurangi), reuse (pemanfaatan kembali),dan recycle (daur ulang) atau yang dikenal sebagai 3R.
”Lewat program itu lingkungan perkotaan, terutama di kawasan perkampungan berangsur-angsur bersih dan nyaman. Masyarakat sekarang mengerti bagaimana mengelola kampung yang bersih,” katanya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengatakan, setiap tahun volume sampah industri, rumah tangga, perkantoran, dan lingkungan lain di Surabaya menurun 10 persen. Pada awal pemerintahannya tahun 2010, volume sampah di Surabaya mencapai 3.000 ton per hari. (Baca juga: Kementerian PUPR Bertemu 3 Negara di Hari Pertama Prepcom III
Tapi kini, Surabaya hanya menghasilkan sampah 1.400 ton per hari. Lebih dari itu yang membanggakan Risma adalah perubahan pola hidup warga Surabaya. Saat ini mereka telah bisa mengelola limbah rumah tangga menjadi lebih bermanfaat. ”Sekarang air limbah yang dihasilkan rumah tangga digunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci kendaraan,” katanya. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengakui, sangat tidak mudah mengajak warga ikut berperan aktif menata lingkungan tempat tinggal.
Padahal kesadaran warga adalah kunci utama keberhasilan penataan kota. Di Surabaya kendati peran aktif warga belum terlihat menyeluruh di semua kawasan, tapi pemerintah pusat tetap melihatnya sebagai sebuah keberhasilan.
(Rizkie Fauzian)