Komponen ini lalu dirakit untuk diproduksi secara massal di pabrik Kudus. Inilah produk televisi pertama yang dilepas ke pasar domestik, menandai sejarah baru dengan memunculkan merek Polytron.
Ada suka duka menjual televisi pada saat itu, di mana perusahaan perlu mengangkut televisi itu ke Jakarta, Bandung dan kota besar lainnya. Perusahaan tidak memiliki brosur, sehingga produk perlu diangkut ke toko untuk diperlihatkan dan dijelaskan kepada calon pembeli.
Perusahaan kemudian membeli komponen-komponen produk televisi dari Hong Kong serta memulai perakitan TV hitam-putih 20 inci. Pada saat yang sama, perusahaan membangun lembaga riset dan pengembangan yang membuat PT Hartono Istana Teknologi menjadi manufaktur yang mendesain produk secara mandiri.
Perusahaan juga memproduksi radio compo yang terus berkembang mutunya untuk pengguna kelas atas. Teknologi semakin ditingkatkan karena perusahaan bekerjasama dengan Salora asal Finlandia dan terbantu dalam hal alih teknologi.
PT Hartono Istana Teknologi lalu mengembangkan teknologi hemat energi (40 watt) untuk produk televisi warna dengan ukuran layar 17, 20 dan 26 inci, yang menjadikan merek Polytron kian dikenal masyarakat Indonesia.
Pada 1990, pangsa pasar produk televisi warna dan audio keluaran PT Hartono Istana Teknologi menjadi yang nomor satu di Tanah Air. Kemudian pada 1993, Polytron memperluas generasi baru dari perangkat audio, meraih sertifikasi ISO 9001-2000 dan laboratorium uji mereka menerima sertfifikasi dari Komite Akreditasi Nasional.