Bertugas memimpin kampus sehebat UI, diakui Anis memberi beban tersendiri. Kendati demikian, dia mengaku, setiap rektor secara turun-temurun memiliki tradisi dalam memimpin kampus bersimbol makara tersebut.
"Siapa pun yang terpilih menjadi rektor akan menjalankan apa yang sudah ditetapkan senat maupun kebijakan dari wali amanah. Misalnya, pada trilogi pembangunan UI yang salah satunya mensyaratkan UI harus dikelola secara otonomi. Kebijakan ini akan menjadi pegangan setiap rektor UI untuk membuat rencana strategis selama memimpin," terangnya.
Setiap rektor, lanjut Anis, juga memiliki gaya kepemimpinan masing-masing. Dalam hal ini, Anis ingin agar tradisi prestasi UI bisa dipertahankan.
"UI sudah mempunyai tradisi untuk berprestasi, bahkan sudah tertuang dalam Hymne UI. Siapa pun yang memimpin berusaha bisa mempertahankan tradisi tersebut. Untuk mewujudkan itu, saya berusaha ingin menjadi pendengar yang baik. Saya ingin menjadi fasilitator agar apa yang jadi potensi civitas akademika UI bisa muncul dan memberikan yang terbaik untuk UI," imbuhnya.
(Raisa Adila)