JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan, program e-voucher atau kupon pangan sebagai pengganti program raskin mampu menjaga ketersediaan stok dan juga harga pangan.
"Kita potong mata rantai dengan itu harga lebih terpotong juga dengan tidak mengorbankan petani," kata Enggar di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (16/8/2016).
Pemerintah melalui Tim Nasional Percepatan Pengentasan Kemiskinan (TNP2K) siap melakukan uji coba sistem e-voucher atau kupon pangan. Uji coba akan diterapkan di beberapa kabupaten, kota, hingga desa kelurahan. Seperti Kota Medan, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Pusat, Kabupaten Bogor, kota Surakarta, Kota Malang, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Makassar, dari sisi kelurahan desa ada sekitar 20 kelurahan desa.
"Efektif awal 2017, di mananya nanti kita jelasin supaya persiapan semuanya matang, sekarang angka voucher belum kita matangkan dulu kita kaji supaya kalau jalan tidak tergagap-gagap," tambahnya.
Pengubahan pemberian raskin dengan kupon pangan lebih kepada tujuan pemerintah dalam menyalurkan subsidi atau bantuan yang hanya mengacu pada satu rekening. Di mana, Presiden Jokowi menargetkan implementasi e-voucher dapat dilakukan pada awal 2017. Oleh karena itu, uji coba sistem dilakukan mulai dari Agustus hingga akhir 2016.
Adapun, pengubahan sistem pemberian raskin ini lebih dikarenakan beberapa masalah, seperti jumlah yang didapat tidak sesuai dengan yang ditetapkan. Masyarakat, sejatinya mendapat kuota 15 kilogram (kg) beras setiap bulannya. Kenyataan di lapangan satu keluarga hanya dapat enam sampai 7 kg lantaran kuota yang tersedia dibagi secara rata.
Sasaran yang akan diberikan, kata dia, berjumlah 15,5 juta rumah tangga, untuk proses uji coba ini hanya berjumlah 5.000 rumah tangga. Tantangan selanjutnya, sambungnya, penyediaan outlet untuk masyarakat pada saat pengambilan raskin.
(Raisa Adila)