"Nanti kalau cabainya panen, itu yang kita jual terlebih dahulu, sambil menunggu harga tembakau naik. Tapi biasanya tidak bisa bertahan lama. Maksimal satu bulan, setelah itu baru kita jual tembakaunya," tambah Supar.
Selain permainan harga oleh tengkulak, musuh petani tembakau lainnya adalah hama ulat daun. Hama ini kerap menyerang jelang panen. Akibatnya, daun tembakau yang mulai menua menjadi berlubang. Dan itu mempengaruhi harga jual tanaman yang sering disebut emas hijau itu.
"Kalau daunnya berlubang, kualitas tembakau juga tidak bagus. Harganya juga jatuh. Biasanya itu yang juga dijadikan alasan tengkulak untuk menurunkan harga," sambung petani lainnya, Karlan (50).
Karlan berharap, ada upaya dari pemerintah untuk melindungi para petani tembakau di Kabupaten Jombang. Utamanya, dari permainan harga yang dilakukan oleh para tengkulak. Jika tidak, banyak petani tembakau yang menjual lahannya dan berhenti menjadi petani.
"Kalau rugi terus, bukan tidak mungkin jumlah petani akan semakin berkurang. Kami sangat mengharapkan perlindungan dari pemerintah agar harga tembakau ini tidak terus dimainkan oleh para tengkulak. Apalagi tanaman tembakau kami ini, sebenarnya memiliki kualitas yang sangat bagus," pungkasnya.
(Widi Agustian)