Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Referendum Italia Bukti 'Keretakan Rumah Tangga' Eropa

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Selasa, 06 Desember 2016 |05:27 WIB
   Referendum Italia Bukti 'Keretakan Rumah Tangga' Eropa
Ilustrasi Euro. (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar mata uang euro terhadap pada dolar Amerika Serikat (AS) anjlok ke level terendah dalam 20 bulan terakhir. Penyebabnya, tidak lain karena PM Italia Matteo Renzi mengundurkan diri, setelah dia mengalami kekalahan dalam referendum atas reformasi konstitusi.

Prospek ketidakstabilan ekonomi Zona Euro, yang merupakan zona ekonomi terbesar ketiga di dunia ini melihat euro turun sekitar 1% terhadap dolar AS menjadi sekitar USD1,05 per euro dalam perdagangan Asia. Saham berjangka AS dan bursa-bursa saham utama di Asia pun turut anjlok.

Dengan demikian, hal ini pun memicu keresahan di kalangan investor. Adapun hal yang paling mendesak adalah potensial terjadinya krisis perbankan dan risiko menular di seluruh negara-negara yang ada di Eropa.

Pengamat Ekonomi Purbaya Yudhi Sadewa, menilai mundurnya PM Italia ini menjadi awal keretakan Rumah Tangga di zona Uni Eropa.

"Italia ini nampaknya awal dari keruntuhan Uni Eropa. Banyak yang melihat langkah Italia ini berujung seperti pada kasus Brexit (British Exit)," katanya kepada Okezone.

Purbaya yang juga Staf Ahli Menko Maritim, menilai jika Uni Eropa benar-benar runtuh, maka akan berimbas negatif pada perekonomian dunia. Akibatnya, tentu saja negara-negara berkembang akan menelan pil pahit.

"Kita akan rugi kalau Uni Eropa runtuh. Karena biasanya kalau ada ketidakpastian di perekonomian dunia, maka investor cenderung melarikan uangnya ke aset safe haven. Akibatnya, dolar AS akan menguat tajam," jelas dia.

Dia melanjutkan, penyebab perpecahan tersebut tercetus, lantaran Bank Sentral Uni Eropa yang sulit bergerak memberikan stimulus, seperti quantitative easing seperti yang dilakukan oleh The Federal Reserve. "Karena ekonomi mereka terlalu dikuasai oleh Jerman, jadi sulit untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan tersebut," tutur dia.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement