JAKARTA - Pengembang tampaknya mesti melakukan ekspansi ke properti residensial yang menyasar segmentasi mahasiswa atau pelajar. Sebab, di tengah lesunya industri di sektor ini, properti residensial untuk mahasiswa tak terlalu terdampak.
"Karena kalau misalnya saya lihat (hunian mahasiswa) segmennya middle (kelas menengah), bukan yang up atau upper (kelas atas) yang segmennya yang orang kebanyakan wait and see," kata Director Residential Savills Indonesia Deden Sudarbo saat dihubungi Okezone di Jakarta.
Ia mencontohkan, setiap tahun ajaran baru, tentunya banyak mahasiswa baru yang membutuhkan tempat tinggal sementara. Apalagi buat mahasiswa yang kuliah di luar kota yang jauh dari tempat tinggalnya.
"Misalnya sebentar lagi akan ada mahasiswa baru yang udah keterima dan sebagainya, terus anaknya udah mau kuliah enggak mungkin ditunda dong," terangnya.
Selain itu, menurut dia, rata-rata apartemen untuk segmentasi mahasiswa harganya masih terjangkau buat orangtua mahasiswa yang hendak membelikan unit apartemen untuk anaknya yang kuliah jauh dari rumah.
"Harganya pun affordable (terjangkau), affordable artinya mungkin mulai dari Rp250 juta, Rp300 juta, Rp400 jutaan. Untuk orangtua tertentu mungkin itu affordable baik itu mau bayarnya cash ataupun dia KPA (kredit pemilikan apartemen) atau langsung ke developer," jelasnya.
Ditambah, banyak investor di sektor properti yang dinilainya cukup berminat terhadap properti residensial buat kalangan mahasiswa.
"Investor juga lihatnya (misalnya) kampus ini dua tahun lagi jadi, dan apartemen di seberangnya juga lagi dibangun. Pada saat jadi, dibeli (oleh investor). Jadi otomatis, sudah operasional kampusnya, investor bisa nikmati hasil return-nya," tambah Deden. (tro)
(Rani Hardjanti)