Sekadar informasi, harga minyak yang rendah telah membebani Arab dengan defisit anggaran mencapai USD98 miliar pada 2015. Akibatnya, pasar keuangan pun mulai berspekulasi bahwa Arab Saudi pada akhirnya dapat gagal membayar utangnya atau akan dipaksa untuk menggunakan dolar AS ketimbang Riyal.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir prospek ekonomi Arab membaik. Defisit tersebut mulai menyusut dan mereka mulai mengurangi ketergantungannya pada minyak, dengan membentuk program penerbitan obligasi luar negeri, guna mengurangi kebutuhan untuk menarik cadangan devisanya.
Menteri Keuangan Mohammed al-Jadaan mengatakan bahwa pemerintah berada di jalur yang tepat, untuk mengurangi defisit menjadi sekitar USD53 miliar tahun ini. Diperkirakan, pada 2017 mereka mampu membayar lebih dari 90% utangnya ke sektor swasta dalam waktu 30 hari sejak tanggal jatuh tempo.
(Martin Bagya Kertiyasa)