Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dana Investasi China USD3 Triliun, Berapa untuk Indonesia?

Feby Novalius , Jurnalis-Selasa, 23 Mei 2017 |14:22 WIB
Dana Investasi China USD3 Triliun, Berapa untuk Indonesia?
Ilustrasi: (Foto: Antara)
A
A
A

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR) di China. Kunjungan ini dilakukan untuk membahasa tentang pembangunan infrastruktur dan Jalur Sutra China. Diproyeksikan investasi China di Indonesia pun meningkat.

Lantas berapa nilai investasi yang akan masuk setelah adanya Jalur Sutra China ?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, dana investasi China sangat besar sekira USD3 triliun. Luhut mengaku berapa dana yang disiapkan untuk Indonesia, namun di dalam topik utama OBOR, China ingin melakukan sinergi antara kebijaksanaan hubungan masyarakat dan infrastruktur. Atas dasar itu China banyak menawarkan kerjasama dengan negara lain.

"Pakistan sudah kerjasama, mereka dapat komitmen USD60 miliar, Malaysia hampir USD30 miliar. Angkanya plus minus, Filipina USD24 miliar, Afrika juga banyak," ujar Luhut, di kantornya, Gedung BPPT, Jakarta, Selasa (23/5/2017).

Menurut Luhut, China juga melihat Indonesia sebagai partner baik untuk mengembangkan potensi investasi. Oleh karena itu, guna memanfaatkan besarnya dan investasi China, pemerintah siap tawarkan area investasi terintegrasi di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), Kalimantan Utara (Kaltara), dan Sumatera Utara (Sumut).

Proyek terintegrasi di Bitung yakni toll road, jalan kereta api, lapangan terbang (bandara), pelabuhan, listrik, dan area properti.

"Lapangan terbang diperlukan untuk internasional karena Manado tidak bisa diperluas lagi dari 2.800 meter. Turis China naik 1.200% dan hotel di Manado mulai kewalahan. Kalau Bitung jadi, ini bisa jadi satu kawasan sendiri, dan dari sana bisa jadi Hub yang kita buat nanti turis ke tempat lain. Misalnya ke Bunaken, ke selatan ada Pulau Wakatobi. Jadi banyak lagi. Dari situ bisa juga ke Bali dan Toraja. Jadi ini hub," tuturnya.

Untuk investasi di Kaltara, Luhut mengatakan, di sana ada potensi listrik 7.200 megawatt (mw). Pemerintah tawarkan, China bisa sekalian membuat smelter dan industrial part di sana. Jadi pemerintah ingin Kaltara mampu membuat produksi seperti alumunium dan nikel sampai ke produk turunannya.

"Saya sudah ketemu di OBOR, saya tinggal di sana 1,5 hari di Beijing. Saya ketemu CITIC, perusahaan nomor 5 di dunia, mereka bersedia organisir masuk ke sana karena mereka ada pengalaman di hidropower," ujar Luhut.

Dalam pertemuan dengan CITIC, Luhut sampaikan, jika mau berinvestasi di Indonesia maka biaya produksi semakin murah. PT Inalum berminat masuk dan membutuhkan listrik 1.500 mw. Tapi yang harus diperhatikan jika jadi adalah masalah lingkungan,  limbah hasil produksi harus dikelola dengan teknologi yang terbaik.

"Saya bilang kami punya harga listrik 10-12 sen per kwh, kalau bangun di sini bisa 4-5 sen per kwh. Kamu akan mengurangi polusi di tempatmu, karena akan kurangi listrik batu bara. Mereka juga setuju dan mengatakan ya sudah raw material yang didatangkan dari Australia dan Afrika. Kami sampaikan ya silakan saja," tuturnya.

Sementara itu, untuk investasi yang ditawarkan di Sumut adalah infrastruktur yang terintegrasi dari Kuala Tanjung-Parapat-Sibolga. Selain itu ada juga jalan terintegrasi dari Pekanbaru sampai ke Duri Dumai.

"Kami juga minta China Construction Company, perusahaan yang besar akan konsorsium yang atur polanya. Hampir sama seperti investasi China di Morowali, di mana business to business. Sehingga investasi ini tidak memengaruhi rasio utang kita," tandasnya.

(kmj)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement