Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kalangan Industri Kecil dan Menengah Keluhkan Daya Beli Masih Lemah

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 20 Juni 2017 |13:13 WIB
Kalangan Industri Kecil dan Menengah Keluhkan Daya Beli Masih Lemah
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kalangan industri kecil dan menengah (IKM) mengeluhkan masih lemahnya daya beli masyarakat menjelang Lebaran tahun ini. Turunnya daya beli berdampak pada berkurangnya penjualan produk IKM.


Hal ini berbeda dengan produk makanan dan minuman yang dinilai masih cukup baik meskipun tidak seperti tahun sebelumnya. “Menjelang Lebaran ini, daya beli masyarakat masih lemah sehingga berdampak pada penjualan produk IKM. Penjualan paling banyak makanan dan pakaian,” ujar Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih.

Menurut Gati, selama Ramadan tahun ini, pasokan bahan baku tidak bermasalah sehingga harga stabil. Namun karena daya beli masyarakat belum membaik, hal itu menyebabkan penjualan berkurang. “Yang banyak dikeluhkan, pembeli masih kurang, daya beli masih lemah,” ungkapnya. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan, sektor-sektor industri yang mengalami lonjakan pada Ramadan kali ini adalah industri makanan dan minuman serta automotif.

Menurut dia, tren tahunan pada kuartal kedua biasanya terjadi peningkatan pada industri automotif. Sementara untuk industri makanan dan minuman terjadi peningkatan permintaan produk seperti sirup, nata de coco, biskuit, roti, dan lain-lain pada Ramadan dan Lebaran. Pada kuartal I/2017, industri makanan dan minuman tumbuh 8,15%.

Airlangga juga meyakinkan harga produk makanan dan minuman masih dalam kisaran yang wajar sehingga tidak memberatkan masyarakat. “Kami meminta konsumen tidak perlu khawatir dalam menyetok kebutuhan pokok selama bulan puasa sampai Lebaran, karena pelaku industri sudah mengantisipasi,” tuturnya.

Pada kuartal I/2017, pertumbuhan industri pengolahan non-migas meningkat menjadi 4,71%.

Pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang sebesar 4,51%. Subsektor industri yang mengalami pertumbuhan tinggi pada kuartal I/2017 adalah industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 8,34%; industri makanan dan minuman 8,15%; industri karet, barang dari karet, dan plastik sebesar 7,52%; industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sebesar 7,41%; serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan, dan reproduksi media rekaman sebesar 4,65 %.

“Momentum yang baik tersebut perlu kita pertahankan atau kita tingkatkan agar target pertumbuhan industri sebesar 5,4% pada 2017 dapat kita capai,” ujarnya. Kemenperin juga bertekad untuk terus mengakselerasi pertumbuhan industri melalui kebijakan prioritas industri nasional. Caranya, dengan meningkatkan daya saing, penumbuhan populasi industri, serta pengembangan wilayah industri di luar Pulau Jawa.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement