JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang mencapai 4% pada kuartal II-2017, melambat dibanding dengan kuartal I-2017 yang tumbuh 4,46%. Meski demikian, pemerintah meyakini bahwa pertumbuhan industri akan tetap membaik pada akhir tahun ini.
“Industri kan tidak bisa dilihat kuartal per kuartal, namun harus dilihat sepanjang tahun. Kalau dilihat kuartal pertama meningkat, kuartal kedua menurun. Diharapkan akan ada peningkatan lagi pada kuartal ketiga dan keempat,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut Airlangga, industri manufaktur tidak hanya fokus pada produksi barang konsumsi untuk pasar dalam negeri, tetapi juga harus menangkap peluang pasar ekspor. “Kami berharap daya beli masyarakat meningkat. Volume industri saat ini terbantu dengan pasar ekspor,” tuturnya.
Baca juga: Industri Makanan dan Minuman Diprediksi Tumbuh 9% Tahun Ini
Merujuk data BPS, kinerja ekspor Indonesia pada Januari- Juni 2017 mencapai USD59,7 miliar atau naik 10% dibandingkan periode sama pada 2016, yakni sebesar USD54,3 miliar. Sementara berdasarkan data dari Purchasing Manager Index (PMI), rata-rata PMI pada kuartal I/2017 adalah 50,06, sedangkan pada kuartal II/2017 sebesar 50,4. Indeks di atas 50 menunjukkan rentang ekspansi. Artinya, kinerja manufaktur secara rata-rata lebih baik.
“Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, Indonesia termasuk lebih baik dari Malaysia dan Singapura yang indeks PMI-nya berada di bawah Indonesia. Jadi, Indonesia tidak sendiri menghadapi situasi seperti ini,” kata Airlangga.