Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Target Produksi 33.000 Ton, PT Timah Sebut Operasional Masih Jadi Tantangan

Giri Hartomo , Jurnalis-Kamis, 24 Agustus 2017 |21:15 WIB
Target Produksi 33.000 Ton, PT Timah Sebut Operasional Masih Jadi Tantangan
Ilustrasi: Reuters
A
A
A

JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) menargetkan produksi tahun ini bisa mencapai 30.000 hingga 33.000 ton. Namun untuk mencapai realisasi tersebut ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh PT Timah.

Direktur Utama PT Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan, tantangan yang harus dihadapi pihaknya saat ini bukanlah pada peraturan pemerintah maupun harga jual dari pasar internasional. Akan tetapi salah satu yang menjadi tantangan utamanya yakni dari sisi operasional

"PT Timah berpikir tantangan utama adalah dari sisi operasional," ujarnya di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (24/8/2017).

Menurut Mochtar, alasan dirinya menjadikan operasional menjadi tantangan utama adalah karena pondasi cadangan yang saat ini dimilikinya semakin sulit. Apalagi cadangan baik di darat maupun di laut yang saat ini dimilikinya bisa dibilang sudah sangat menipis

"Karena saat ini pondasi cadangan yang semakin sulit kalau di darat semakin menipis dan untuk yang di laut dangkal sudah mulai menipis," jelasnya

Baca juga: Tawarkan Obligasi Rp1,5 Triliun, PT Timah Pasang Kupon Maksimum 9,25%

Oleh karena itu, PT Timah melakukan obligasi untuk investasi peralatan perusahaan. Pasalnya, saat ini perseroan tengah berencana untuk masuk ke cadangan yang lebih dalam lagi.

"Cadangan semakin sulit , oleh karena itu pihak perseroan berusaha untuk masuk ke cadangan dalam. Tapi untuk masuk cadangan dalam ada beberapa masalah lagi karena cadangan primer berbeda butirannya lebih halus. Sedangkan alat yang dimiliki belum bisa memproses butiran yang halus itu jadi alasan itu pula yang menjadi pemikiran kenapa PT Timah melakukan obligasi," jelasnya.

Eksplorasi Perseroan

Selain itu, perseroan juga melakukan eksplorasi lebih dalam untuk mendapatkan cadangan alluvial yang baru. Hal itu dilakukan seiring cadangan yang dimiliki perseroan semakin menipis.

Baca juga: Wih, PT Timah Targetkan Kenaikan Pendapatan 2 Kali Lipat pada 2017

Riza Pahlevi Tabrani mengatakan, untuk merealisasikan wacana tersebut, pihaknya menyiapkan beberapa strategi. Di mana strategi pertama adalah dengan melakukan investasi pembuatan Kapal Isap Produksi (KIP) baru.

Lalu kedua adalah ,perseroan berencana melakukan eksplorasi dan pembukaan lahan baru. Dan yang ketiga adalah pengadaan ausmelt dan fuming untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter)

Baca juga: Bayar Utang hingga Tambah Modal, Timah Rilis Obligasi dan Sukuk Rp1,5 Triliun

"Tapi untuk masuk ke cadangan dalam ada beberapa masalah lagi karena cadangan primer berbeda butirannya lebih halus. Sedangkan alat yang dimiliki belum bisa memproses butiran yang halus itu jadi alasan itu pula yang menjadi pemikiran untuk membangun smelter baru," jelasnya.

Menurut Mochtar, pembangunan untuk smelter ausmelt ini diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp 550 miliar. Sedangkan untuk smelter fuming diperkirakan menelan biaya Ro 60 miliar.

"Smelter Asumelt ditargetkan bisa operasi pada triwulan II atau III 2017 ini dengan biaya Rp 550 miliar. Sementara smelter fuming ditargetkan bisa beroperasi pada semester pada semester II 2018 dengan dana yang dipakai diperkirakan Rp 60 miliar," ungkapnya.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement