JAKARTA - PT PAL Indonesia tengah melakukan penetrasi penawaran kapal ke negera seperti Malaysia, Senegel, Babon hingga Kodofa. Namun rencana tersebut sepertinya terganggu karena adanya kasus dugaan suap proyek pengadaan dua unit kapal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) untuk pemerintah Filipina pada 2014-2017 oleh tersangka mantan Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha PT PAL Eko Prasetyanto.
Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh mengatakan, bagi negara yang mengikuti United Nation and Coruption, mereka sangat hati-hati berhubungan dengan perusahaan yang tersandung masalah seperti PT PAL. Oleh karena itu, permasalah kasus suap kapal SSV Filipina membuat penjualan kapal ke luar negeri menjadi terhambat.
Baca juga: Penuhi Pesanan Kapal TNI-AL, PT PAL Selesaikan 4 Bulan Lebih Cepat
"Sekarang kita lihat kepentingan nasional masalah hukum harus diselesaikan, itu ada di Tipikor. Tapi dari sisi potensi untuk bisa melakukan penjualan ke luar jadi sedikit terbelenggu. Seperti Malaysia mereka ikutin United Nation and Corp, terus gimana,"ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
Menurut dia, masalah ini harus segera dipikirkan karena ini oknum bukan perusahaan. Jangan sampai perusahaan yang justru menjadi korban atas sikap salah satu orang.
Baca juga: Mantap! Nigeria Siap Beli Kapal Perang Buatan PT PAL
"Kami takutkan mereka (Filipina) sudah mulai membeli kapal dari Perancis dan dia sudah ambil APV 60-80 meter dan kapal patroli cepat 40-80 meter. Kapal Patroli cepat itu kan sebenarnya jagoan kita juga. Jadi sangat disayangkan repeatt order jadi terbelenggu,"ujarnya.
Meski penjualan ke luar negeri terkendala, Budiman mengatakan, saat ini perseroan sedang mengerjakan orderan dari dalam negeri. Seperti orderan dari TNI AL untuk membuat kapal jenis KCR.
Baca juga: Mantap, Pal Indonesia Akan Bangun 4 Kapal Listrik dan 2 LPD TNI
"Kita kerjakan KCR dari pemerintah 1 unit dan dua pengembangan KCR lagi TNI AL untuk membangun sistem peluru kendali dan lain-lain, plus ada tipe LPD juga dari AL. LPD ini 124 meter beda sedikit dengan militer Filipina 125 meter,"ujarnya.
(Rizkie Fauzian)