Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

4 Strategi Wujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, dari Manfaatkan AS dan China hingga Sensor Dasar Laut

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 01 November 2017 |11:52 WIB
4 Strategi Wujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, dari Manfaatkan AS dan China hingga Sensor Dasar Laut
Ilustrasi (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sumber daya alam melimpah. Letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta diapit dua benua, yaitu Benua Asia dan Australia, membuat negara ini menghadapi berbagai ancaman dan memiliki peluang ekonomi.

Gagasan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia merupakan langkah tepat. Untuk mendukung terwujudnya visi tersebut, Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Aan Kurnia menyampaikan empat gagasan penting atau core ideas yang terdiri dari empat poin. Pertama, perlunya pembentukan Indonesia Maritime Information Center (IMIC). Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1987 ini menjelaskan, Pusat Informasi Maritim Indonesia ini merupakan integrasi peralatan surveillance dari pusat informasi kementerian dan lembaga serta Puskodal TNI AL.

“Selama ini semua kejadian di Selat Malaka report -nya ke International Maritime Berau (IMB) Malaysia dan Information Fusion Center (IFC) Singapura,” kata Pangarmabar saat launching bukunya berjudul “Facing Global Maritime Fulcrum, Between Threats and Opportunities” di Koarmabar, Jakarta Pusat.

Dalam buku setebal 334 halaman tersebut, Jenderal Bintang Dua ini menjelaskan secara gamblang bagaimana perlunya wadah yang mempersatukan berbagai instansi, seperti TNI AL, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Polri, dan Badan Keamanan Laut (Bakamla).

”Kunci untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia adalah sinergitas. Tidak bisa masing-masing instansi dan lembaga berjalan sendirisendiri,” ucapnya.

Kedua, perlunya pembangunan sistem sensor dasar laut menggunakan teknologi coastal acoustic tomography (CAT) dengan konsep operasi seabed sonar atau sonar tanam. Hal ini penting karena beberapa perairan Indonesia sangat rawan terhadap perlintasan kapal selam asing.

“Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi kapal selam sebagai senjata strategis yang harus diketahui keberadaannya. Kami pernah mengusir kapal selam dan kapal induk Amerika Serikat karena memasuki perairan Indonesia,” katanya.

Ketiga, Indonesia perlu membangun alur pelayaran tol laut (APTL). Tujuannya untuk meningkatkan maritime domain awarness (MDA) sehingga kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia bisa diawasi dengan baik. Apalagi, 40% kapalkapal perdagangan dunia yang nilainya mencapai USD150 triliun melintas di empat titik perairanIndonesia, sepertiSelat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar.

Terakhir adalah memanfaatkan strategi Amerika Serikat dengan rebalancing strategy dan kebijakan China dengan jalur sutera. Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie mengapresiasi peluncuran buku tersebut. Menurut dia, ada beberapa gagasan penting yang disampaikan penulis, seperti pembentukan dan penerapan IMIC.

“Menurut saya ini ide yang dahsyat. Jadi buku ini memberikan masukan yang bagus,” kata Connie. Connie optimistis jika empat ide ini direalisasikan, maka konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia bakal terwujud.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement