"Itu faktor yang membuat harga minyak mentah naik di atas USD56 per barel," jelas Bhima.
Namun, dia juga mengatakan, Pemerintah juga perlu mencermati bahwa Oktober sebagai awal mula dari tren kenaikan impor. Khususnya barang konsumsi untuk memenuhi stok jelang libur natal dan tahun baru.
"Kenaikan nilai impor juga dipengaruhi faktor pelemahan kurs rupiah terhadap dolar sejak akhir September. Hal ini bisa menekan surplus perdagangan sehingga sulit menembus angka lebih dari USD2 miliar," kata Bhima.
Sementara itu, untuk kinerja ekspor ia memproyeksi secara umum masih akan positif.
"Januari-Oktober pertumbuhan ekspor diprediksi lebih dari 18% (yoy)," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)