JAKARTA - Embargo Amerika Serikat (AS) kepada Venezuela nampaknya menjadi bencana bagi negera eksportir minyak tersebut. Pasalnya, krisis di Venezuela telah menjadi krisis kemanusiaan, karena utangnya yang menggunung.
Bahkan, lembaga pemeringkat S&P Global Ratings menyatakan negara Amerika Selatan ini gagal membayar utangnya, yang berakibat pada default. S&P mengatakan, tenggang waktu 30 hari untuk pembayaran utang sudah berakhir pada Oktober. Risiko gagal bayar pun memicu serangkaian peristiwa berbahaya yang dapat memperburuk kekurangan pangan dan medis Venezuela.
Masalahnya, para pemegang obligasi dapat meminta pembayaran penuh kapan saja, karena obligasi tersebut sudah jatuh tempo. Karena Venezuela tidak memiliki uang untuk membayar semua pemegang obligasi saat ini, investor berhak mengambil aset negara, seperti kilang minyak, di luar perbatasannya.
Venezuela tidak memiliki penghasilan lain yang berarti selain minyak yang dijualnya ke luar negeri. Pemerintah Venezuela pun telah gagal bertahun-tahun untuk mengirim cukup makanan dan obat-obatan untuk warganya. Akibatnya, orang-orang Venezuela menunggu berjam-jam untuk membeli makanan, seiring dengan itu angka kematian di rumah sakit pun semakin mengingkat
Sebelum Venezuela, Argentina juga mengalami kegagalan serupa, dan pemegang obligasinya berjuang melawan pemerintah selama 15 tahun sampai pada 2016. Meskipun bukan kali pertama terjadi gagal bayar, namun setiap kasus berbeda.