Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hadapi Tahun Politik, Simak Arah kebijakan Moneter BI

Ulfa Arieza , Jurnalis-Selasa, 28 November 2017 |21:06 WIB
Hadapi Tahun Politik, Simak Arah kebijakan Moneter BI
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Bank Indonesia menggelar pertemuan tahunan Bank Indonesia 2017. Dalam pertemuan tahunan ini, bank sentral memaparkan arah kebijakan moneter 2018. Pertemuan tahunan ini mengambil tema Memperkuat Momentum.

Gubernur Bank Indonesia,Agus D.W Martowardojo mengatakan inflasi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir selalu berada dalam range target. Selain itu, kata Agus, kondisi perbankan dalam kondisi yang terbilang sehat.

"Melihat kedua faktor tersebut, arah kebijakan moneter BI adalah tetap untuk menjaga inflasi sesuai sasarannya. Sasaran inflasi tahun 2018 adalah 3,5% plus minus 1%," ujarnya di Jakarta Convention Center, Selasa (28/11/2017).

Menurutnya, arah kebijakan moneter juga untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan di level yang aman. Di tahun 2017, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan lebih rendah dari 2%.


Baca juga:BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di 4,25%

Dari sisi kebijakan moneter, bank sentral juga akan memberikan ruang lebih bagi bank dalam mengelola likuiditasnya, melalui implementasi penguatan Giro Wajib Minimum (GWM) Averaging. Saat ini, GWM Averaging sudah mulai diberlakukan untuk bank konvesional per juli 2017.

"Ke depan, sistem GWM Averaging Ini akan dikembangkan untuk bank syariah, tidak hanya bank konvensional. Secara bertahap, ketentuan ini akan diberlakukan untuk likuiditas valas juga tidak hanya Rupiah. Harapannya, dapat menurunkan cost of fund perbankan dan pada akhirnya menurunkan suku bunga," jelas Agus.

Dia menambahkan, BI akan selalu mengedepankan mekanisme pasar dalam pembentukan harga Rupiah yang lebih efisien. Dalam pengelolaan nilai tukar, BI memiliki misi besar untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang tertentu, supaya saat terjadi gejolak pada mata uang tersebut tidak berpengaruh besar terhadap Rupiah. "Sebagai bagian dari upaya ini,BI akan terus melakukan swap lindung nilai untuk mata uang non-dolar AS," jelas dia.

Baca juga: 7 Day Reverse Repo Rate Direvisi, Bunga Kredit Berpeluang Turun

Selain itu, Bank sentral juga akan terus memperkuat pengelolaan risiko Utang Luar Negeri (ULN). "BI akan terus mendorong perbankan untuk meyediakan instrumen lindung nilai berupa produk derivatif, seperti call-spread options. Dari hasil kajian kami, call-spread options memiliki biaya yang lebih murah,"kata Agus.

Terkakhir, BI akan terus mendorong upaya pendalaman pasar keuangan, melalui kerjasama dengan berbagai instansi seperti Kementerian Keuangan dan OtoritasJasa Keuangan (OJK) dalam pembuatan blueprint, penguatan regulasi, penguatan kelembagaan atau central clearing counterparty untuk transaksi derivatif, dan pengembangan instrumen pembiayaan jangka pendek sesuai kebutuhan pasar namun tetap prudent.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement