Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Holding BUMN Tambang Harus Naikkan Optimisme Investor

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Kamis, 30 November 2017 |19:43 WIB
<i>Holding</i> BUMN Tambang Harus Naikkan Optimisme Investor
Ilustrasi: (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Empat perusahaan penambang pelat merah yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum resmi bergabung membentuk konsorsium Badan Usaha Milik Negara sektor Tambang. Langkah pemerintah menyatukan BUMN sektor tambang di bawah naungan induk atau holding tambang yang dipimpin Inalum itu harus menambah optimisme investor. Apalagi, tiga BUMN yang menjadi anggota holding itu tetap berstatus perusahaan terbuka.

"Sebenarnya holding itu bagus. Kalau kita lihat dari sektor yang bersamaan kemudian yang terintegrasi, saya rasa itu langkah baik. Cuma memang proses valuasinya itu nanti harus menimbulkan kepercayaan supaya harga sahamnya tidak jatuh," ujar Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, Kamis (30/11/2017).

Baca Juga: Holding BUMN Tambang Disahkan, Saham TINS, PTBA dan ANTM Langsung Meroket

Ia pun mengingatkan, hal ini penting lantaran anak perusahaan holding BUMN tersebut memang sudah perusahaan terbuka. Selain itu, pada holding itu dalam proses operasionalnya mungkin juga perlu lebih meyakinkan.

"Kalau sekarang kan orang lebih menyorot holding-nya tapi belum kelihatan holding ini ke depan mau melakukan apa. Kemudian bagaimana orang yang sudah membeli sahamnya itu juga mendapat keuntungan. Mereka kan juga tidak mau dirugikan dengan holding terkait salah satu perusahaan yang sudah berstatus Tbk, kata dia.

Adapun rencana holding BUMN Tambang untuk mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia, merupakan perusahaan tambang emas dan tembaga yang menginduk pada Freeport McMoran Inc di Amerika Serikat, Aviliani berharap hal itu dapat terwujud dengan dibarengi kemampuan untuk mengelola.

Baca Juga: 92% Pemegang Saham Setuju, Antam hingga PTBA Resmi Dilebur ke Inalum

"Sekarang kan orang masih melihat bagaimana sih kemampuannya untuk mengelola. Jangan sampai itu (Freeport) diambil alih tapi di belakangnya tetap asing juga. Kan itu juga menjadi masalah," kata dia.

Menurut dia, holding itu memang menyatukan beberapa perusahaan. Tapi belum tentu kemampuan uangnya bisa untuk mengelola Freeport. Meski begitu, ia melanjutkan, problemnya kan bukan pada siapa yang mengelola. Tapi bagaimana pihak Indonesia bisa mengoptimalkan keuntungannya.

"Kalau kita memang belum punya kemampuan ya tinggal bagaimana dengan yang ada ini bisa membuat kesepakatan yang saling menguntungkan," katanya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement