Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Harga Kian Mahal, Program 1 Juta Rumah di 2017 Masih Jauh Panggang dari Api

Fakhri Rezy , Jurnalis-Senin, 11 Desember 2017 |15:55 WIB
Harga Kian Mahal, Program 1 Juta Rumah di 2017 Masih Jauh Panggang dari Api
kalei
A
A
A

JAKARTA - Tempat Tinggal menjadi suatu hal yang dibutuhkan di Indonesia, apalagi semakin ramainya penduduk membuat lahan pun terbatas. Terbatasnya lahan menjadi masalah di Indonesia khususnya di ibu kota Jakarta.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan hunian sebagai programnya dengan sebutan sejuta rumah. Namun, hal ini masihlah belum begitu efisien, selain harga rumah yang semakin mahal juga belum tepatnya sasaran penghuni.

Baca juga: Setelah Jakarta, Konsep TOD Cocok Diterapkan di Kota Besar Lain

Melihat harga rumah di 2017, ternyata terus meningkat walaupun melambat. Periode 2017 adalah tahun di manamasyarakat mengincar hunian baru, baik untuk tempat tinggal maupun investasi. Hal ini disinyalir karena suku bunga yang cukup tinggi.

Hal ini dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman pada 14 November 2017. Dirinya mengatakan, sebagian besar, konsumen berpendapat bahwa faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah tingginya suku bunga KPR, tingginya uang muka, pajak, lamanya perizinan, serta kenaikan harga bahan bangunan.

Bagaimana tidak, di kuartal I-2017 saja Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan hal tersebut. Pertumbuhan harga terjadi pada properti residetial di pasar primer.

Baca juga: Survei BI: Harga Semua Tipe Rumah Naik di Kuartal III-2017

Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 1,23% (qtq), naik dari 0,37% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Sementara pada tahun sebelumnya meningkat dari 2,38% (yoy) menjadi 2,62% (yoy). Peningkatan harga rumah, terutama berasal dari kenaikan harga bahan bangunan (34,16) dan upah pekerja (23,73%).

Survei menunjukkan, semua tipe rumah mengalami kenaikan harga. Kenaikan tertinggi terjadi pada rumah tipe kecil, dari 0,57% (qtq) menjadi 1,84%, (qtq), diikuti rumah tipe menengah dari 0,23% menjadi 1,28%, dan rumah tipe besar dari 0,30% (qtq) menjadi 0,58% (qtq).

Di kuartal II-2017, sedikit mengalami perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer. Hal ini tercermin dari indeks Harga Properti Residensial triwulan II-2017 yang tumbuh sebesar 1,18% (qtq), turun dari 1,23% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

Baca juga: THR Cair, Pembelian Rumah Meningkat saat Lebaran

Kenaikan harga rumah terjadi pada semua tipe rumah, terutama tipe kecil, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Jabodebek dan Banten. Peningkatan harga rumah terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan dan biaya perizinan.

Volume penjualan properti residensial tetap tumbuh 3,61% (qtq) meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,16% (qtq). Perlambatan penjualan properti dipengaruhi oleh masih terbatasnya permintaan terhadap rumah hunian sebagaimana terindikasi dari pertumbuhan penyaluran KPR dan KPA pada triwulan II-2017 yang melambat.

Pada kuartal III-2017, harga kembali tumbuh pada properti residensial di pasar primer. Walau melambat, harga properti tumbuh sebesar 0,50% (qtq), atau lebih rendah dibandingkan 1,18% (qtq) pada kuartal sebelumnya.

Secara tahunan, indeks harga properti juga tumbuh sebesar 3,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 3,17% (yoy) pada kuartal sebelumnya.

Bank Indonesia (BI) memprediksi, hingga akhir tahun 2017, perlambatan kenaikan harga properti residensial masih akan berlanjut pada kuartal IV-2017. Hal ini tercermin dari Indeks harga properti residensial pada kuartal IV-2017 yang diprediksi naik sebesar 0,46% (qtq) lebih rendah dibandingkan 0,5% (qtq) pada kuartal sebelumnya.

Secara tahunan, harga properti residensial diperkirakan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Agusman memaparkan, pada kuartal IV-2017 harga property residensial diperkirakan naik sebesar 3,41% (yoy) lebih tinggi dibandingkan 3,32% (yoy) pada kuartal III-2017.

Namun, tumbuh melambatnya harga rumah tak membuat masyarakat mengincar program sejuta rumah di pemerintah Jokowi. Pasalnya, target Jokowi pun tahun ini harus dipangkas.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement