Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Manufaktur Penyumbang Terbesar Pajak dan Cukai

Koran SINDO , Jurnalis-Jum'at, 05 Januari 2018 |09:45 WIB
Manufaktur Penyumbang Terbesar Pajak dan Cukai
Ilustrasi: (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA – Kementerian Perindustrian mencatat industri manufaktur menjadi penyumbang terbesar dalam pendapatan pajak dan cukai. Bahkan, kontribusinya sangat signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai 22%.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri pengolahan nonmigas berperan penting dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, kontribusinya mampu memberikan efek positif yang berantai, seperti peningkatan terhadap nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor. Selain itu, sektor manufaktur dalam negeri menjadi penyumbang terbesar dari pajak dan cukai.

Baca Juga: Cetak Rekor Perpajakan 2017, Ini 12 Fakta di Baliknya Mulai dari Strategi hingga Gagal Target

“Suatu negara dikatakan maju apabila industrinya tangguh. Untuk itu, kami terus fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri yang konsisten membawa multiplier effect bagi perekonomian,” kata Airlangga, dalam siaran persnya, di Jakarta. Berdasarkan data United Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia menempati peringkat 4 dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia mampu menyumbangkan hingga mencapai 22% setelah Korea Selatan (29%), China (27%), dan Jerman (23%).

Rata-rata kontribusi dari 15 negara yang disurvei adalah 17%. Inggris berada di bawah rata-rata dengan kontribusi 10%, sedangkan Jepang dan Meksiko di bawah Indonesia dengan pencapaian kontribusinya 19%. “Pencapaian 22% itu sangatlah besar sehingga Indonesia masuk jajaran elite dunia,” kata Menperin. Sementara itu, berdasarkan laporan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menduduki peringkat 9 di dunia atau naik dari peringkat tahun sebelumnya di peringkat 10 untuk kategori manufacturing value added. Peringkat 9 ini sejajar dengan Brasil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.

Baca Juga: Arahan Sri Mulyani agar DJP Tak Ngawur Kejar Pajak di 2018

Menurut Airlangga, kontribusi manufaktur Indonesia mampu menembus 30% apabila dihitung mulai dari proses praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. “Paradigma industri manufaktur global saat ini berdasarkan kesepakatan di World Economic Forum, proses produksi sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu, kita sudah tidak bisa lagi melihat produksi hanya di pabrik,” tandasnya. Di samping itu, manufaktur dinilai menjadi salah satu sektor unggulan dalam mendorong percepatan pembangunan dan pemerataan ekonomi nasional. Makanya, saat ini penting melakukan transformasi ekonomi, yang menggeser ekonomi berbasis konsumsi menjadi berbasis manufaktur.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement