Namun, menurut Agus, tekanan dari harga pangan yang bergejolak (volatile foods) masih terjaga dan dalam jangkar sasaran inflasi nasional BI di 2,5 s.d. 4,5 persn (yoy) pada tahun ini. Adapun berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI pada pekan keempat Januari 2018, inflasi bulanan akan sebesar 0,73% (bulan ke bulan/mtm).
"Kami juga mengidentifikasi ada sumber-sumber inflasi, misalnya tadi harga beras, harga daging ayam, kami lihat hortikultura, seperti cabai, kami sambut baik bahwa pemerintah sudah mengimpor beras karena untuk meyakini tersediannya suplai beras yang cukup," ujarnya.
Baca Juga: Mantap! Gubernur BI: Dana Asing Masuk ke RI Rp115 Triliun
Otoritas moneter melihat risiko eksternal yang harus diwaspadai adalah pengetatan kebijakan suku bunga acuan negara-negara maju yang dapat memacu aliran dana keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Kita melihat pada tahun 2018 ada beberapa negara maju yang pada tahun 2017 sudah mulai menaikkan suku bunga. Pada tahun 2018, ada yang akan kami perkirakan menaikkan bunga lagi, ada yang naikkan bunga dua kali, ada tiga kali. Jadi, tentu kita harus siap-siap, harus waspada karena iklim dunia akan ada kondisi bank-bank sentral negara maju akan menaikkan tingkat bunga," ujarnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)