JAKARTA - Nilai tukar Rupiah mengalami tren terdepresiasi akhir-akhir ini. Bank Indonesia mengungkapkan mata uang Garuda ini pada perdagangan kemarin berada di kisaran Rp13.600 per USD atau rata-rata terdepresiasi 0,4% year on year (yoy).
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, tren pelemahan mata uang ini bukan hanya terjadi pada Indonesia saja, tetapi secara global. Hal ini dikarenakan pemulihan ekonomi Amerika Serikat.
"Kita melihat bahwa sebelumya awal tahun sampai Januari, sebetulnya ada penguatan kemudian pelemahan di Februari karena perkembangan di Amerika yang berdampak pada seluruh mata uang di dunia," ungkap Agus dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (15/2/2018).
Baca juga: Rupiah Sempat Terseok ke Rp13.600/USD, Gubernur BI Angkat Bicara
Berdasarkan data BI, pada posisi 9 Februari 2018 secara month to date (mtd) Rupiah terdepresiasi 1,76%. Hal ini juga dialami mata uang negara lainnya, yakni Rusia sebesar 3,8%, Turki sebesar 1,8%, Brazil sebesar 3,4%, Singapura sebesar 1,4%, Korea Selatan sebesar 1,4%, dan India sebesar 1,3%.