Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Startup Berstatus Unicorn Didesak Segera Melantai di Bursa

Agregasi Harian Neraca , Jurnalis-Jum'at, 02 Maret 2018 |12:32 WIB
Startup Berstatus Unicorn Didesak Segera Melantai di Bursa
Ilustrasi
A
A
A

JAKARTA – Besarnya kapitalisasi industri startup di dalam negeri, seiring dengan perubahan tren transaksi masyarakat dari offline ke online, memacu menjamurkan perusahaan digital atau e-commerce di Indoesia. Namun ironisnya, dari sekian banyak perusahaan digital atau startup yang dinilai stabil dan layak masuk pasar modal hanya baru satu perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Merespon hal tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengharapkan perusahaan rintisan (startup) yang menyandang status unicorn melaksanakan penawaran umum perdana saham initial public offering (IPO) agar dapat menerapkan tata kelola lebih baik. ”Menjadi terbuka itu secara relatif kan governance-nya lebih baik daripada perusahaan yang tertutup,” kata Rudiantara di Jakarta, kemarin.

Dengan menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di pasar modal, lanjut dia, dapat lebih mudah untuk meraih pendanaan di pasar modal dalam rangka melebarkan ekspansi bisnisnya. Dirinya mengharapkan bahwa unicorn yang berencana untuk melaksanakan IPO dan menemui kendala agar dapat menyampaikannya kepada otoritas pasar modal sehingga ditemukan jalan keluarnya.

”Harus ketemu, apa yang menyebabkan tidak IPO. Ayo kita bicarakan dengan pemerintah, BEI, dan OJK karena OJK dan BEI memerhatikan kepentingan investor publik," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengatakan bahwa model bisnis rintisan saat ini telah menjadi tren yang cukup diperhatikan seluruh pelaku industri mengingat konsep bisnisnya yang mampu membawa kepraktisan dan keunikan seluruh pelaku ekonomi.”Kondisi perekonomian Indonesia yang prospektif mendukung masifnya pertumbuhan perusahaan rintisan di dalam negeri," ujarnya.

Dia mengatakan bahwa pihaknya menyambut positif perusahaan rintisan yang memiliki minat untuk menjadi perusahaan terbuka sehingga diharapkan dapat lebih menyemarakkan perdagangan saham di pasar modal Indonesia.”Dengan demikian pasar modal Indonesia dapat semakin menjadi cerminan maupun tolok ukur bagi kemajuan perekonomian Indonesia," paparnya.

Direktur Utama Kresna Sekuritas, Octavianus Budiyanto mengemukakan bahwa terdapat dua perusahaan rintisan bidang teknologi informasi untuk masuk ke pasar modal melaui mekanisme IPO.”Dua perusahaan startup itu masih berelasi dengan Kresna," katanya.

Sebelumnya, President dan Co-Founder Go-Jek, Andre Soelistyo pernah mengatakan, pihaknya berminat untuk menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO), namun masih terkendala peraturan yang dinilai tidak fleksibel.”Secara aspirasi, sangat ingin sekali go public lebih cepat. Apalagi consumer kami bisa jadi pemegang saham, “ujarnya.

Menurutnya, saat ini ada dua isu yang masih menjadi kendala. Pertama, perusahaan sejenis Go-Jek masih muda, termasuk dari segi historical financial. Kedua, ada pula tantangan dari sisi regulasi. Menurut Andre, aturan IPO di luar negeri terbilang fleksibel, terutama dalam hal profitabilitas. Andre juga menyebut soal klasifikasi kepemilikan saham. "Atau perusahaan bisa memiliki kelas saham yang berbeda,” tuturnya.

(Risna Nur Rahayu)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement