"Ini tercermin pada inflasi yang berada dalam rentang sasaran perkiraan. Ini tentu menggembirakan, defisit transaksi berjalan berhasil dijaga pada level yang sehat di bawah 3% terhadap PDB sedangkan pada periode 2013-2014 defisit transaksi berjalan melebihi 3% terhadap PDB, bahkan di tahun 2013 kuartal kedua mencapai 4,2% dari PDB," jelasnya.
Selain itu, stabilitas makroekonomi juga tercermin pada pergerakan nilai tukar Rupiah sepanjang 2017 yang sejalan dengan nilai fundamental nya. Sementara itu kinerja perbankan dan pasar keuangan secara umum juga membaik sehingga stabilitas ekonomi kemudian mendorong terciptanya momentum positif.
Baca Juga: BI Yakin Fed Rate Naik 3 Kali Tahun Ini
Ketiga yaitu membaiknya keyakinan pelaku ekonomi terhadap perekonomian Indonesia melalui berbagai pengakuan positif dari dunia internasional, peringkat daya saing Indonesia yang membaik dan meningkatnya peringkat ease of doing business (EODB) serta meningkatnya investasi korporasi.
"Pada tahun 2017 kita menerima berbagai pengakuan positif dari dunia internasional lembaga pemeringkat S&P misalnya meng-upgrade peringkat Indonesia menjadi investment grade, kemudian moodys yang sebelumnya telah memberikan predikat ini. Selain itu peringkat daya saing atau global global competitiveness index Indonesia 2017 juga kembali menjadi perangkat 36 dari sebelumnya di peringkat 41. Tidak hanya itu iklim usaha dipersepsikan membaik terlihat dari peringkat eodb 2018 yang naik ke posisi 72 yang sebelumnya di posisi 91. Kenaikan yang luar biasa kalau kita ingat satu tahun sebelumnya itu di peringkat 106," tukasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)