Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Amerika Kaji Ulang Status Indonesia dalam Program Perdagangan GSP

Agregasi VOA , Jurnalis-Kamis, 19 Juli 2018 |10:00 WIB
Amerika Kaji Ulang Status Indonesia dalam Program Perdagangan GSP
Ilustrasi: Foto Okezone
A
A
A

JAKARTA - Pada musim gugur (September-November) tahun ini USTR (Perwakilan Perdagangan Amerika) akan mengumumkan hasil evaluasi untuk memperbarui atau tidak program GSP singkatan dari Generalized System of Preference bagi Indonesia dan dua negara lain.

GSP adalah program pemerintah Amerika untuk mendorong pembangunan ekonomi negara-negara berkembang yang terdaftar, termasuk Indonesia dengan membebaskan bea masuk ribuan produk mereka ke Amerika. Namun, pada bulan April lalu. USTR membuat pengumuman untuk mengevaluasi program GSP bagi Indonesia, India dan Kazakhstan. Mengapa USTR melakukan evaluasi baru ini dan apa dampaknya bagi Indonesia seandainya program GSP bagi Indonesia dicabut?

Dalam pengumumannya yang dikeluarkan akhir April 2018 dikatakan USTR (United States Trade Representative) atau Wakil Perdagangan Amerika Serikat akan mengevaluasi hak Indonesia atas program GSP Amerika itu.

Evaluasi itu dilakukan karena adanya keprihatinan bahwa Indonesia tidak memenuhi beberapa kriteria program GSP tersebut. Dikatakan Indonesia telah menerapkan berbagai kendala investasi dan perdagangan yang menimbulkan efek negatif serius pada perdagangan Amerika.

"Presiden Trump berkomitmen untuk menjamin bahwa negara-negara yang memperoleh manfaat program GSP memegang teguh janji mereka dengan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Kongres," kata Deputi Wakil USTR Jeffrey Gerrish.

"Kami berharap India, Indonesia dan Kazakhstan akan bekerja-sama dengan kami untuk membahas keprihatinan yang mengharuskan kami melakukan evaluasi baru ini."

 Defisit Neraca Perdagangan

Menurut Presiden Kamar Dagang Amerika-Indonesia, Wayne Forrest, bagi Indonesia, program GSP hanya berdampak pada produk pabriknya, tetapi tidak untuk komoditasnya. Ini berarti tanpa programGSP bea-masuk produk pabrik Indonesia ke Amerika bisa naik.

Wayne Forrest mengatakan karena sampai saat ini analisis USTR secara rinci tentang hasil evaluasi atas program GSP Indonesia itu belum diumumkan, jadi dia belum dapat secara spesifik menyebut produk apa saja yang terkena dampaknya.

"Yang penting untuk dipahami adalah program GSP ini tidak berdampak pada komoditas alamiah seperti rempah-rempah, kopi, teh dan lain sebagainya tapi kemungkinan akan berdampak antara lain pada produk pabrik seperti perabot dan kertas, yang dijual Indonesia di Amerika, dan mungkin merupakan pasar terbesar bagi Indonesia untuk produk-produk semacam itu. Jadi tanpa program GSP produk-produk itu akan menjadi mahal karena bea-masuk untuk garmen dan sebagainya, bisa naik 10% bergantung pada kategorinya, tetapi hal itu tidak akan menutup pasar Amerika, hanya nanti harganya di pasar Amerika akan lebih mahal," jelas Forrest.

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement