5. Kenaikan harga pakan ternak sudah berkisar Rp300 per kg, harga pakan ayam ras petelur (layer) yang semula Rp6.000 per kg, kini menjadi Rp6.300 per kg dan pakan ayam broiler dari Rp7.000 per kg menjadi Rp7.300 per kg.
Dengan demikian, setiap penguatan mata uang dolar AS terhadap Rupiah pasti menyeret harga pakan ternak yang berbuntut pada kenaikan harga daging ayam. Masalahnya, pengaruh kenaikan harga daging ayam sudah memprihatinkan untuk sejumlah wilayah terutama di Pulau Jawa. Keluhan para pedagang ayam seragam, yakni pasokan daging ayam dari peternak sangat minim.
6. Tindakan ekstrim terpaksa ditempuh sejumlah peda gang di pasar tradisional Kabupaten Sleman, DIY Yog yakarta, yang memilih tidak menjual daging ayam ketimbang harus menaik kan harga. Keterangan resmi yang dikutip media massa dari Kepala Dinas Pasar Kabupaten Sleman, Tri Endah Yitnani mengakui harga daging ayam pada enam pasar tradisional di wilayah daerah penghasil buah salak itu berada pada level sebesar Rp41.000–Rp43 kg. Kenaikan harga daging ayam juga terjadi di wilayah Jakarta sejak pekan kemarin.
7. Upaya pemerintah untuk meminimalisir impor bahan pakan ternak. Kementerian Pertanian (Kementan) sudah memunculkan wacana melakukan substitusi atau mengganti bahan pakan ternak yang terdampak penguatan dolar AS, misalnya mengganti bungkil kedelai menjadi sorgum sejenis rumput-rumputan yang masih satu keluarga dengan padi, jagung dan gandum, yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi.
Tentunya upaya substitusi pakan ternak ini tidak bisa ditunda lagi mengingat kecenderungan terus menguatnya dolar AS semakin tak tertahankan. Apalagi dampak penguatan dolar AS terhadap rupiah mulai merambah kehidupan langsung masyarakat.
Dan, sebentar lagi akan terdengar kenaikan harga untuk berbagai komoditas pangan ber bahan impor, di antaranya tempe makanan favorit masyarakat Indonesia yang berbahan kedelai. Pasalnya, kedelai masih diimpor langsung dari Amerika Serikat.
(feb)
(Rani Hardjanti)