Kendati demikian, meski secara persentase depresiasi Rupiah dinilai relatif rendah, Perry menyatakan, pihaknya akan terus melakukan perannya untuk stabilisasi nilai tukar. Salah satunya dengan kebijakan moneter, menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Agustus.
"Dari BI menaikkan suku bunga acuan supaya terjadi inflow (arus dana asing masuk). Sekarang inflow sudah mulai kembali, pembelian SBN khususnya long term investor sudah mulai masuk. Kemudian eksportir menjual dolarnya," jelasnya.
Selain itu, BI juga terus melanjutkan intervensi ganda yakni di pasar valuta asing (valas) maupun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). "Selain itu swap rate juga kami permudah, percepat, dan murah. Setiap hari eksportir dan pengusaha bisa memastikan kebutuhan valas maupun Rupiah (ke BI)," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)