JAKARTA - Buah pepino adalah buah yang berasal dari Peru. Tumbuhan merambat ini banyak tersebar di Kolombia, Peru, dan Chilli.
Pepino mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2003 berkat seorang peneliti dari salah satu universitas swasta di Yogyakarta, buah ini mulai dipasarkan pada Mei 2005.
Bukan hanya nikmat dimakan, buah pepino memiliki banyak fungsi. Selain sebagai buah meja, makanan olahan, industri, hingga kesehatan, pepino juga dipercaya memiliki khasiat sebagai penyembuh penyakit darah tinggi, batu ginjal, janting, liver, diabetes, stroke dan kencing batu.
Usaha pembibitan pepino juga sangat menjanjikan. Berikut analisis usaha pepino seperti dilansir buku 31 Inspirasi Bisnis Di Masa Krisis karya Flona Serial yang diterbitkan pada 2009:
Periode 3 bulan:
Luas lahan: 100 m2 (jarak tanam 30 cm x 30 cm)
A. Biaya Investasi
1. Bibit @Rp 20.000 (1.000 bibit x Rp20.00) = Rp20.000.000
2. Persiapan lahan = Rp100.000
3. Alat pertanian = Rp200.000
Total investasi = Rp20.300.000
B. Biaya Tetap
1. Penyusutan alat pertanian Rp200.000 : 24 = Rp8.300
2. Penyusutan tanaman Rp20.000.000 : 24 = Rp830.000
Total biaya tetap = Rp838.300
C. Biaya Tidak Tetap
1. Pupuk = Rp50.000
2. Pestisida = Rp30.000
3. Pengepakan = Rp50.000
4. Transportasi = Rp50.000
Total biaya tidak tetap = Rp180.000
D. Biaya Produksi
Biaya tetap + biaya tidak tetap
Rp838.300 + Rp180.000 = Rp1.018.300
E. Hasil Usaha
Penjualan pepino = Rp5.500.000
(Asumsi: jumlah tanaman 1.000 rumpun. Satu rumpun menghasilkan 10 buah (@250gr) setiap bulan. Jarak tanaman 30cm x 30cm. Luas lahan 100m+. Harga buah pepino Rp22.000 per kg.)
F. Keuntungan
Hasil usaha – biaya produksi
Rp5.500.000 - Rp1.018.300 = Rp4.481.700
G. Jangka waktu balik modal
(Biaya investasi + biaya produksi) : (keuntungan x periode)
(Rp20.300.000 + Rp1.018.300) : (Rp4.481.700 x 1) : 4,6 = 5 kali panen
(Feb)
(Rani Hardjanti)