JAKARTA - Menduduki posisi puncak di sebuah perusahaan bergengsi tak lantas menjadikan Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna tinggi hati.
Pria yang telah berpengalaman di industri keuangan dan perbankan lebih dari 25 tahun itu rupanya senang bersosialisasi bahkan tak ragu makan di pinggir jalan. Paulus yang bergabung dengan DBS Indonesia pada 2015 itu punya kegemaran bersepeda dan tak jarang melakukannya bersama keluarga atau teman-temannya.
“Saya senang naik sepeda. Kadang bersama keluarga, teman-teman sesama bankir atau di pemerintahan dan lainnya,” ujarnya. Selain bersepeda, pria kelahiran 1964 ini juga gemar travelling seperti kebanyakan orang.
Baca Juga: Mengenal Orang Terkaya di Venezuela yang Tengah Krisis
Biasanya, dia berkunjung ke tempat-tempat baru, seperti Labuan Bajo yang kian populer dengan keberadaan binatang purba komodo di Pulau Komodo dan pulau lainnya. “Saya suka berkunjung ke tempat-tempat menarik. Misalnya ke destinasi yang baru dibuka untuk umum itu hal menyenangkan bagi saya,” ucapnya.
Ketika bepergian ke luar kota, Paulus selalu menyempatkan waktu untuk berburu makanan lokal. Ternyata Paulus juga pecinta makanan pedas. Katanya, hidup di Indonesia harus suka makanan pedas karena jika tidak niscaya akan banyak rasa terlewatkan. “Kalau jalan-jalan ke tempat baru saya suka kulineran. Saya icip-icip makanannya,” ungkapnya.
Soal makanan, siapa sangka pria lulusan University of Technology Sydney, Australia, ini menyukai makanan pinggir jalan. Selain murah, rasanya juga tidak kalah enak dengan menu-menu berharga mahal di restoran ternama.
Ada salah satu menu favorit yang dia biasa makan bersama teman atau keluarga di pinggir jalan, yakni sop kaki kambing. Menurutnya, sop kaki kambing di kawasan Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, sangat nikmat dan lezat.
Baca Juga: Kekayaan Pemilik Media Ini Tembus Rp454 Triliun, Siapa Dia?
“Pokoknya itu sop kaki kambing tak tertandingi,” katanya sambil tertawa. Ke depan, pria kelahiran Bandung ini pun berharap industri perbankan akan terus menelurkan inovasi dan selalu mengikuti tren yang berkembang.
“Contohnya sekarang trennya digital, jadi ya harus diikuti tren digitalnya. Intinya, kita harus bisa beradaptasi dengan keadaan,” kata dia.
Selain itu, perbankan juga harus mempunyai produk yang mudah dan murah untuk nasabah. “Sehingga nanti nasabah akan bergeser kepada kita. Tapi, bukan cuma mudah dan murah, servis atau pelayanan yang baik ke nasabah juga mesti dilakukan,” kata pria yang pernah menerima penghargaan SWA Magazine Best CEO Award ini. (Kunthi Fahmar Sandy)