Perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam tersebut, membuat Dolar AS perkasa memukul mata uang negara lainnya. Oleh sebab itu, hal ini merupakan fenomena global.

Menurut Perry, hal yang perlu diperkatikan yakni tingkat depresiasi dan volatilitas kurs Rupiah, bukan soal besaran nominalnya. Kata dia, kondisi depresiasi Rupiah lebih rendah ketimbang negara-negara berkembang lainnya.
"Kita harus perhatikan dulu persentase depresiasinya, supaya kita tidak melihat Rp15.000 (per USD) itu seperti sudah kiamat," ujarnya dalam acara seminar mengenai pelemahan nilai tukar Rupiah di Gedung DPR RI, Jakarta kemarin.
(Dani Jumadil Akhir)