Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

IHSG Diprediksi Lanjutkan Tren Positif, Bisa Tembus 6.000?

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 22 Oktober 2018 |10:02 WIB
IHSG Diprediksi Lanjutkan Tren Positif, Bisa Tembus 6.000?
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

JAKARTAIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan mengalami penguatan sepekan ke depan. Pergerakan IHSG pada pekan kemarin menguat 0,43% atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang melemah 4,09%. Adapun high level yang diraih mencapai 5.832,93 di bawah sebelumnya di 5.982,06 dan level terendah mencapai 5.669,72 dari sebelumnya 5.706,40.

Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji mengatakan, penguatan indeks pekan ini didorong apresiasi para pelaku pasar terhadap stabilitas fundamental makro ekonomi domestik. Secara makro ekonomi dalam negeri Indonesia, inklusif dan berkesinambungan yang membuat pergerakan indeks relatif menguat. Terlebih juga didukung stabilitas harga komoditas dunia yang turut memberikan sentimen positif bagi penguatan indeks.

“Kisaran IHSG sepekan pada 5.720- 5.960. Estimasinya lebih cenderung menguat. Secara teknikal pada weekly chart terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi penguatan,” ujar Nafan di Jakarta.

Baca Juga: Rapor IHSG Sepekan Naik 1,4% ke 5.837, Kapitalisasi Pasar Rp6.599 Triliun

Dia menambahkan, pada sisi lainnya sentimen positif juga berasal dari euforia pelaku pasar terkait dengan penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF Bank Dunia 2018 di Bali. Acara tersebut dianggap sukses sehingga mampu meningkatkan citra Indonesia di mata internasional. Dari faktor fundamental, sentimen domestik datang dari kinerja emiten-emiten dalam kinerja keuangan kuartal III/2018 yang diprediksi lebih positif sehingga memberikan sentimen positif pada IHSG.

Di sisi lain, penetapan suku bunga Bank Indonesia (BI) 7DRR sebesar 5,75% akan dilakukan dalam menjaga sta bilitas rupiah. Adapun secara eksternal tetaplah sentimen perang dagang masih perlu diwaspadai.

“Kalau untuk sentimen positifnya adalah terkait dengan stabilitas pertumbuhan Produk Domestik Bruto Amerika Serikat (AS) yang diharapkan akan memberikan sentimen positif terhadap pergerakan indeks global,” ujarnya.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pergerakan IHSG pada pekan depan diperkirakan akan berada di kisaran level support 5.665-5.715 dan resisten 5.865-5.882. Ini lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya di level support 5.643-5.689 dan resisten 5.778-5.812.

Baca Juga: IHSG Langsung Tancap Gas ke 5.850 di Awal Pekan

Mulai adanya kenaikan diharapkan bisa mempertahankan laju IHSG di zona hijaunya. Tentu diharapkan sejumlah sentimen positif masih ada untuk mendukung kenaikan tersebut.

“Namun demikian, kenaikan mingguan yang terjadi tidak diikuti dengan kenaikan volume beli sehingga bisa rawan berbalik melemah. Diharapkan pada pekan depan aksi jual bisa lebih ber kurang yang diikuti adanya sejumlah sentimen positif untuk memper tahankan kenaikan lanjutan dari IHSG,” kata Reza, kemarin.

Sepekan lalu investor asing mencatatkan nett buy Rp1,21 triliun dari pekan sebelumnya nettsell Rp4,16triliun. Kembalinya aksi beli membuat IHSG tercatat jual bersih Rp56,53 triliun yang berada di bawah sebelumnya masih tercatat net sell mencapai Rp57,74 triliun (YTD).

Sementara itu, Analis OCBC Sekuritas Liga Maradona memprediksi IHSG akan bergerak turun di rentang 5.690- 5.870. Sentimen penguatan dolar AS disebabkan adanya kemungkinan suku bunga di AS akan kembali dinaikkan sebesar 25 basis poin.

“Selain itu sentimen dari perang dagang antara AS dan China juga masih berpengaruh negatif,” ucap Maradona.

Head of Investment Specialist Manu life Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja menilai, dampak implementasi tarif impor untuk China membuat pasar cenderung semakin kebal menanggapi berita perang dagang tersebut. Terlihat indeks MSCI Asia Pacific yang merupakan gambaran pasar saham Asia karena volatilitasnya dari bulan Januari sampai dengan September sudah menurun setengahnya.

“Dari mata uang, kita lihat JP Morgan EM Currency Index pada bulan September menunjukkan stabilitas. Pasar sudah semakin mengekspektasikan eskalasisehingga negative shock yangada semakin berkurang. Kepastian sudah semakin mengerucut, sudah semakin terlihat,” kata Freddy, akhir pekan lalu.

Menurutnya proyeksi pasar saham dan obligasi Indonesia pada kuartal terakhir tahun 2018 masih akan mengalami volatilitas. Sentimen dari global akan ada beberapa seperti Fed Rate diperkirakan masih naik satu kali lagi. Kemudian berita-berita mengenai konflik perdagangan masih akan ada sampai akhir tahun nanti serta harga minyak yang akhir-akhir ini terlihat cenderung meningkat.

Namun, menjadi kunci utama adalah stabilitas nilai tukar rupiah sebagai salah satu faktor utama menjadi pertimbangan investor asing mengambil keputusan untuk berinvestasi di Indonesia. Hal yang melegakan, baik pemerintah maupun BI terlihat sangat berupaya membuat rupiah kembali stabil dengan berbagai kebijakan di antaranya kebijakan mandatory campuran biodiesel 20% (B20) untuk mengurangi impor, skala prioritas proyek infrastruktur, pengenaan tarif impor untuk 1.150 produk yang dianggap ada substitusinya di dalam negeri, serta kebijakan mengenai konversi devisa hasil ekspor.

“Kita berharap semua akan ada hasilnya, tetapi tidak secara instan. Pada saat rupiah sudah stabil, kita berharap pasar finansial Indonesia akan kembali membaik. Apalagi dari sisi global dan domestik untuk tahun depan akan lebih banyak kepastian dibandingkan tahun ini. Kuncinya adalah stabilitas nilai tukar Rupiah dan kepastian yang ada di pasar,” ujarnya. (Hafid Fuad)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement