JAKARTA – Pemprov DKI Jakarta berencana merevitalisasi 21 pasar tradisional pada 2019 mendatang. Seluruh pasar tersebut akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti, bioskop, perkantoran, rumah susun (rusun), hotel, dan sebagainya.
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengungkapkan, konsep pembangunan nanti mengacu pada pasar modern dinilai nyaman untuk belanja dan mampu bersaing menghadapi kompetisi yang kian ketat. “Tujuannya lebih pada mengembangkan konsep pasar tradisional yang selama ini diterapkan di Jakarta,” kata Arief. Karenanya, dalam pembangunan nanti, kata Arief, pasar tidak akan terpaku dalam satu konsep. Beberapa fungsi akan digabungkan dalam pembangunan nanti, seperti bioskop rakyat, rusunami atau rusunawa, hotel, dan perkantoran. Nilai ekonomis akan terlihat. Beberapa pasar yang akan direvitalisasi di antaranya Pasar Minggu Jakarta Selatan, Pasar Kebon Melati dan Pasar Lontar Jakarta Pusat.
Baca Juga: Pasar Turi Kehilangan Pamor, Ini Sederet Kisah Pedagang Bertahan Hidup
Selain itu, Pasar Lontar Jakarta Utara, Pasar Jembatan Lima, Pasar Jembatan Besi, dan Pasar Jelambar Polri Jakarta Barat. Seperti Pasar Teluk Gong, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, groundbreaking pembangunan dilakukan pada Jumat (23/11). Menurut dia, pengerjaan fisik bioskop rakyat ditargetkan pada Desember 2018 nanti. Arief menilai, pembangunan Pasar Teluk Gong mengedepankan konsep ramah dalam kewirausahaan masyarakat. Dengan demikian, pasar dapat menarik minat pengunjung, apalagi sasaran pedagang adalah mereka yang berada di kawasan ini.
Pasar Teluk Gong nanti dibangun dua lantai dengan luas 2.400 meter persegi. Rinciannya lantai dasar seluas 1.050 meter persegi dan lantai satu 1.304 meter persegi. Pada tahap II pasar ini akan memiliki 184 kios dan 10 ruko. Pasar ini diperuntukkan sebagai pusat penjualan barang-barang elektronik. Menurut dia, masyarakat yang berniat mencari tahu dan ingin mengembangkan bisnisnya bisa mendatangi kantor pemasaran.“Kita juga akan lakukan pemasaran melalui penyebaran brosur, flyer, spanduk di berbagai titik strategis dan sekitar lokasi pembangunan,” katanya. Dari pantauan KORAN SINDO, kondisi memprihatinkan terlihat di pasar tradisional Slipi, Palmerah, Jakarta Barat.

Pasar yang berdiri sejak 1974 ini kondisinya kian mengkhawatirkan. Empat lantai di kawasan itu terlihat tak terurus dan berantakan. Kerusakan tampak di sejumlah sudut pasar mulai dari plafon berlubang hingga cat tembok memudar. Udara pasar cukup lembab, pengap, dan berbau. Meski dalam ruangan, namun lapak pedagang selalu beratap plastik dan terpal untuk menjaga agar air hujan tidak mengenai barang dagangan. Kondisi paling parah terlihat di lantai 3-4 pasar yang dahulu dipergunakan untuk gedung bioskop dan biliar.
Di lantai itu, hanya ada hamparan kosong karena sudah tidak difungsikan lagi. Mengakses kawasan ini cukup sulit lantaran dua tangga utama sudah tak dipergunakan. Salah satu pedagang sayur Pasar Slipi, Mursnin, 38, mengaku kondisi pasar kian mengkhawatirkan, selain bocor saat hujan, pasar berbau tak sedap berasal dari kotoran hewan. “Tiap tahun pembeli selalu menurun, pasar makin sepi,” tuturnya. Hal sama diungkapkan Sumiyem, 60, pedagang sembako yang mengalami penurunan penghasilan. Hal ini terjadi sejak masa pakai pasar habis sejak 2010 lalu. “Setiap hujan pasar selalu sepi dan tak didatangi pembeli,” tuturnya.
Baca Juga: Bangun 6 Pasar Baru Dibutuhkan Duit Rp1,7 Triliun
Anggota DPRD Bestari Barus meminta revitalisasi pasar tradisional tak mengubah harga pasar. Dia khawatir revitalisasi nanti berimbas negatif, menjauhkan pedagang dan pembeli. “Saya setuju dengan revitalisasi. Buktinya, kami sahkan Rp160 miliar untuk PMD Perumda Pasar Jaya,” kata Bestari. Bestari kemudian melihat konsep pembangunan yang mengubah pasar tradisional menjadi pasar tradisional tidak mengganggu stabilitas harga, khususnya tradisional yang murah dibanding supermarket. Karena itu, dia melihat dibutuhkan ketegasan dan komitmen DKI dalam menjaga pasar.
Terutama mengenai harga sewa kios serta membagi jarak dengan super market. Dengan begitu, masyarakat tetap menjadikan pasar tradisional menjadi komoditi utama. “Yang kedua adalah bagaimana kita komitmen menjaga pasar tradisional. Jauhkan pasar tradisional dari super market, tindak tegas yang melanggar,” kata Bestari. Kemudian mengenai fasilitas rusunawa, hotel, dan bioskop. Bestari mengatakan, hal itu jangan sampai merusak citra pasar tradisional yang murah, melimpah, dan berkualitas.
(Yan Yusuf)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)