JAKARTA - Peningkatan aset bersih 50 orang terkaya Indonesia hingga mencetak rekor baru menurut ekonom menjadi sinyal membahayakan bagi perekonomian Indonesia. Alasannya Ekonom Indef Bhima Yudisthira menilai kondisi tersebut memperlihatkan akumulasi pertumbuhan ekonomi masih hanya dinikmati oleh golongan masyarakat super kaya.
Baca Juga: 5 Miliarder Termuda Indonesia, dari Bos Kelapa Sawit hingga Pengusaha Properti
“Sementara orang miskin masih terjebak di sektor komoditas perkebunan yang harganya jatuh. Ini justru sinyal yang membahayakan,” ujar Bhima di Jakarta, Kamis (13/12/1018).
Lebih lanjut, terang dia distribusi 40% pendapatan masyarakat paling bawah berada di kisaran 17% dari total nasional. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir angkanya tidak membaik seiring dengan rasio gini yang stagnan di kisaran 0.38.
Kemudian jika harta orang kaya meningkat dengan lebih dari konsumsi rumah tangga yang berada dikisaran 5%, itu artinya golongan kaya ini naik sendiri tidak menciptakan multiplier effect ke kelompok masyarakat lainnya.
“Orang kaya di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti cenderung lebih cepat melakukan diversifikasi sektor, dari komoditas ke sektor yang lain. Contohnya Djarum Group dan Lippo grup masuk ke bisnis e-commerce dan fintech,” tandasnya.
(Rina Anggraeni-Sindonews)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)