Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Lapangan Tua, Tantangan Pertamina Hulu Indonesia Tingkatkan Produksi Migas

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 21 Januari 2019 |10:14 WIB
Lapangan Tua, Tantangan Pertamina Hulu Indonesia Tingkatkan Produksi Migas
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

JAKARTA – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) menargetkan tahun ini produksi migas meningkat dibandingkan tahun lalu. Produksi minyak dan kondensat sebesar 52,8 ribu barel setara minyak per hari (mbopd) dan gas sebesar 944 juta kaki kubik per hari (mmscfd).

Sementara realisasi 2018 produksi minyak dan kondensat PHI sebesar 49 ribu mbopd lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 45,9 ribu mbopd dan gas 929 juta mmscfd.

Direktur Utama PHI Bambang Manumayoso mengatakan, peningkatan produksi tahun ini dilakukan dengan terus melakukan program drilling, work over & well service yang lebih banyak dengan biaya lebih rendah.

“Selain itu, juga senantiasa melakukan upaya untuk menahan laju penurunan produksi minyak dan gas dari lapangan-lapangan yang sudah tua,” kata dia di Jakarta, kemarin.

Baca Juga: Lampaui Target, Penerimaan Negara dari Hulu Migas Capai Rp246,7 Triliun

Menurut dia, PHI akan terus mendorong inovasi, value creation, dan potensi efisiensi, untuk menjadikan operasi yang lebih efisien dan kompetitif di antara anak-anak perusahaan PT Pertamina (persero) di tengah tantangan kompleks dari lapangan-lapangan sudah tua.

Selain itu, sinergi antara Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS), dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) pada 2019 ini, dengan meningkatkan kontrak-kontrak dan penggunaan fasilitas bersama sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya.

“Terkait program drilling, PHI melalui PHM akan terus mendorong inovasi untuk mempercepat waktu pengeboran sehingga dapat mengefisiensikan biaya dan kehilangan produksi,” kata dia.

 Baca Juga: Rasio Cadangan Migas Indonesia Tembus 542 Juta Barel

Tak hanya itu, salah satu inovasi lainnya di WK PHM berupa pemasangan protection frame sehingga tidak perlu mematikan sumur-sumur lain di saat pekerjaan intervensi sumur dilakukan.

PHI dan anak-anak perusahaannya akan terus berkomitmen mendukung pencapaian kinerja Pertamina dalam memenuhi target energi nasional dan memberikan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan.

“Kami yakin bahwa kerja sama PHI dengan semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat dan pemerintah setempat dapat menjamin operasi yang selamat, efektif, dan efisien sehingga PHI bisa mencapai target kinerja 2019,” ujar Bambang.

Terkait capaian sepanjang 2018 lalu, kata Bambang, ketiga wilayah kerja di bawah PHI berhasil memenuhi target lifting yang ditetapkan, bahkan PHSS dan PHKT dapat meningkatkan jumlah lifting melebihi target. Bambang menekankan bahwa kontribusi ketiga anak perusahaannya sangat signifikan.

Melalui PHKT sebagai satu-satunya WK yang menyuplai gas langsung ke RUV, PHI berhasil menyuplai lebih dari 36 mmscfd sejak pekan ketiga Desember 2018 berdampak pada berkurangnya kebutuhan impor. Selain itu, PHI melalui PHM, PHSS, dan PHKT, memasok sekitar 380 mmscfd untuk kebutuhan gas pipa domestik di wilayah Kalimantan Timur dalam menunjang kegiatan ekonomi di wilayah itu.

“Untuk 2019, PHI terus fokus agar bisa mempertahankan dan meningkatkan suplai gas untuk kebutuhan domestik,” kata dia.

Kinerja PDSI

Di sisi lain, anak usaha Pertamina di sektor jasa drilling service, yakni Pertamina Drilling Services Indonesia, mencatatkan kinerja memuaskan sepanjang tahun 2018.

Direktur Utama PDSI Budhi Pangaribuan menjelaskan, PDSI mampu mempertahankan pendapatan konsolidasinya hingga sebesar USD238 juta. Pendapatan itu melebihi target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar USD237 juta dan pendapatan tahun sebelumnya mencapai USD235 juta. Sedangkan untuk laba bersih PDSI mengalami peningkatan hingga 150% dari target USD12 juta meningkat menjadi USD18 juta.

“Kami mampu mempertahankan pendapatan pada tahun ini, salah satunya karena kami mampu meningkatkan angka utilitas dan produktivitas rig, serta sebaliknya menekan angka non-productive time (NPT),” kata dia.

Selain dari jasa penyewaan rig dan layanan pengeboran, secara umum pendapatan tahun 2018 bisa dipertahankan karena PDSI mampu mengoptimalkan keberadaan unit bisnis non-rig services, seperti Top Drive, H2S Monitoring Unit, Horizontal Drilling, Aerated Drilling, Water Pump, Fishing & Milling, Coring, hingga Integrated Project Management dan Well Control Team.

Tak berhenti di situ, Patra Drilling Contractor (PDC), anak perusahaan PDSI, juga turut memberi andil terhadap pendapatan keseluruhan PDSI pada tahun 2018. Menurut Budhi, peningkatan pendapatan PDC yang sangat signifikan hingga memengaruhi PDSI berasal dari tingginya realisasi pendapatan dari unit bisnis engineering, procurement, dan contractor (EPC). Budhi meyakini PDSI bisa mempertahankan bahkan meningkatkan pendapatannya lebih besar lagi pada akhir tahun 2019.

“Selain karena faktor peluang-peluang kerja baru berskala besar yang terbuka lebar bagi PDSI dan PDC, keyakinan ini tidak lepas dari kehadiran Indonesia Drilling Training Center (IDTC),” kata dia. (Nanang Wijayanto)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement