Perseroan mencermati bahwa pemerintah telah meluncurkan sejumlah stimulus untuk mendorong pertumbuhan pasar properti sepanjang tahun lalu. Namun pada kenyataannya, kebijakan-kebijakan tersebut tidak langsung berpengaruh dan belum mampu mendorong minat beli konsumen. Gejala tersebut terjadi pada semua segmen properti, seperti produk hunian maupun komersial dan segmen properti lainnya.
Kata Archied, penjualan di tahun kemarin berasal dari proyek-proyek di Jakarta mencapai Rp1,39 triliun, atau 60,8% dari keseluruhan. Sementara, hasil penjualan dari pengembangan proyek-proyek di Surabaya mencapai Rp893,7 miliar atau memberikan kontribusi sekitar 39,1%. Kontribusi marketing sales terbesar masih berasal dari segmen pengembangan mixed-use and high rise yang mencatatkan penjualan sebesar Rp1,21 triliun, atau 53% dari keseluruhan. Perolehan ini menurun sekitar 37% dibandingkan tahun 2017 yang mencapai Rp1,92 triliun.

Archied menjelaskan bahwa kontribusi dari segmen pengembangan mixed-use & high rise terutama berasal dari penjualan proyek Fifty Seven Promenade yang diluncurkan sejak triwulan ketiga 2017. Penjualan dari proyek apartemen yang berlokasi di kawasan pusat bisnis Jakarta ini mendapat sambutan sangat baik dari pasar dan memberikan kontribusi sebesar Rp780,9 miliar sepanjang 2018.
Kendati pun pasar properti kurang kondusif, perseroan justru berhasil meningkatkan penjualan dari segmen pengembangan kawasan perumahan. Pada segmen ini perseroan membukukan marketing sales Rp569,2 miliar, atau melonjak 17,8% dibandingkan tahun 2017 senilai Rp483 miliar. Pengembangan kawasan perumahan yang bersumber dari penjualan tujuh proyek hunian ini tercatat memberikan kontribusi marketing sales sebesar 24,9% dari keseluruhan. Gejala ini menegaskan bahwa untuk pasar properti hunian, kinerja penjualan perseroan masih baik serta ditopang oleh masih adanya tingkat permintaan di jenis properti tersebut.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)