JAKARTA - Kantor Staf Presiden (KSP) meyakini peluang penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu ke depan masih sangat terbuka, dari posisi perdagangan saat ini di Rp13.980 per dolar AS, karena tingginya kepercayaan pelaku pasar global terhadap fundamental ekonomi domestik.
"Ekspetasi bahwa kenaikan suku bunga bank sentral AS, Fed, akan lebih sabar membantu penguatan itu, ditambah Indonesia menjadi radar investor global," kata Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis KSP Denni Puspa Purbasari usai sebuah diskusi, dikutip Harian Neraca, di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
Baca Juga: Rupiah Bisa Bertahan di Rp13.000/USD hingga Akhir Tahun?
Dia mengatakan sepanjang awal tahun investasi portofolio sudah terbukti kian deras, baik ke pasar obligasi dan juga saham. Hal itu juga tidak lepas dari menariknya profitabilitas di pasar saham, yang ditunjukkan dengan rasio pendapatan dari harga saham. Pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2018 yang mencapai 12,9% (yoy) juga menopang kepercayaan investor asing.
"Indonesia adalah salah satu radar investor global untuk jadi sasaran dana-dana masuk, karena dilihat dari 'price earning ratio' dan satunya lagi 'earning growth' itu di Indonesia masih kompetitif. Jadi 'why not', kamu taruh uangnya lagi di Indonesia," ujar dia.

Selain dari domestik, pemicu penguatan rupiah adalah pernyataan Fed yang semakin menekankan bahwa kenaikan suku bunga acuan di negara Paman Sam tidak akan agresif.
Mengutip pidato Gubernur Fed Jerome Powell pada Rabu (30/1), bank sentral AS akan menggunakan pendekatan yang lebih "sabar" untuk kenaikan suku bunga. Saat ini, suku bunga acuan Fed atau Fed Funds Rate berada di kisaran 2,25%-2,5%.
Baca Juga: Dolar AS Lesu, Rupiah Makin Kokoh di Rp13.972/USD
"Maka itu saya perkirakan dana asing akan terus mengalir dan semakin memperkuat Rupiah," ujar Denni.
Dia menjamin pemerintah akan menjaga iklim kondusif perekonomian domestik di tahun politik ini untuk memelihara kepercayaan pelaku pasar. "Tapi yang pasti, ekonomi Indonesia akan selalu diupayakan berjalan semakin baik, dan kinerja dunia usaha akan berbanding lurus dengan itu, sehingga dana global akan mengalir masuk," ujar Denni.