JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebut jika ekonomi Indonesia di 2019 bisa sedikit lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menyusul The Fed yang tidak lagi seagresif dari tahun lalu untuk menaikan suku bunga acuan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, pada 2018 kebijakan The Fed menjadi sangat krusial bagi negara-negara emerging market seperti Indonesia. Sebab beberapa kebijakan yang diambil oleh bos The Fed bisa sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia khususnya nilai tukar.
Apalagi, ada beberapa kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menimbulkan perang dagang dengan China. Dua kebijakan ini sangat berpengaruh bagi perekonomian Indonesia pada 2018.
"Suasana emerging market termasuk Indonesia memang sangat menantang di 2013-2018. Ditambah dengan perang dagang AS-China. Jadi faktor Trump sangat dominan," ujarnya di Perbanas Institute, Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Baca Juga: Ekonomi Lebih Sehat Jika Investasi dan Ekspor Manufaktur Meningkat
Menurut Mirza, dengan meredanya agresivitas The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya, maka dana modal asing (capital inflow) yang masuk akan semakin besar. Sedangkan pada 2018, kenaikan suku oleh The Fed membuat arus modal justru banyak yang kembali menuju Amerika Serikat.
"Faktor ini insya Allah akan membuat stabilitas di Indonesia secara moneter, kita mulai lihat capital inflow mulai masuk lagi. Ini akan membawa stabilitas dan membawa kepada ekonomi moneter lebih mudah dibandingkan 2013-2018," katanya.