Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sistem Ticketing MRT Bermasalah Bikin Antrean Panjang

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 09 April 2019 |11:20 WIB
Sistem <i>Ticketing</i> MRT Bermasalah <i>Bikin</i> Antrean Panjang
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
A
A
A

JAKARTA – Moda transportasi massal berbasis rel atau mass rapid transit (MRT) Jakarta Lebak Bulus-Bundaran HI sudah sepekan beroperasi resmi.

Masalah utama yang dikeluhkan adalah antrean panjang para penumpang akibat sistem ticketing yang kurang baik. Kemarin siang, KORAN SINDO kembali menjajal kereta modern tersebut.

Meski jarum jam belum menunjukkan waktu padat pulang kerja, sejumlah kereta Ratangga yang melintasi 13 stasiun MRT, mulai Stasiun MRT Lebak Bulus hingga Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI) terlihat penuh penumpang antusiasme masyarakat naik MRT rata-rata karena ingin mengetahui rasanya naik MRT yang baru dibuka secara komersial pada Senin 1 April 2019.

 Baca Juga: MRT Jakarta Bakal 'Suntik' Penjualan Properti

Para penumpang yang naik MRT didominasi kalangan ibu dan remaja. Sebagian warga yang ditemui mengaku sengaja menumpang MRT hanya untuk berwisata ataupun sekadar memperbarui status media sosialnya. Salah satunya adalah Anita, 35.

Ditemani suami dan seorang putranya, perempuan ber kerudung biru itu mengaku sengaja ingin mencoba pertama kali naik MRT. Dia pun mengaku tidak keberatan untuk mengeluarkan uang Rp14.000 per orang untuk sekali jalan dari Stasiun MRT Lebak Bulus hingga Stasiun MRT Bundaran HI.

“Iya saya baru kali ini, mumpung suami libur dan anak baru pulang sekolah. Enak kok , cuma ngantrenya lama dan panas,” kata Anita di Stasiun Blok M, Jakarta Selatan, kemarin.

Senada dengan Anita, Ikbal, 28, juga mengeluhkan antrean yang terjadi di loket Stasiun Blok M dekat pintu penghubung Blok M Plaza.

Dua petugas yang melayani dua antrean loket seperti tidak siap melayani pembeli tiket. Apalagi antrean sisi kiri, terhenti lantaran petugas mengumpulkan kartu jelajah yang di-refund penumpang. Ikbal pun meninggalkan an trean dan keluar stasiun untuk berpindah ke loket sisi selatan setelah diberi tahu petugas keamanan bahwa loket selatan sepi.

“Antreannya sudah nggak wajar. Panas juga, lebih dari 20 menit sayang antre. Lebih baik saya pindah meski harus keluar stasiun dulu,” ungkap pria berkemeja kotak hitam itu.

 Baca Juga: Sejumlah Trayek Angkot Jadi Pengumpan Warga Pemukiman ke MRT

Para pengguna yang rela mengantre itu rata-rata ingin mencoba MRT. Mereka tidak peduli lama asalkan bisa mencoba dan berswafoto ria.

Sayangnya, sejumlah penum pang justru terlihat menggunakan fasilitas yang tidak semestinya di dalam Ratangga. Salah satunya menggunakan ruang prioritas dalam Ratangga. Ruangan yang dikhususkan bagi penyandang disabilitas, manula, ataupun ibu hamil itu justru dijadikan lokasi foto bersama.

Meski menyalahi aturan, aksi mereka terkesan dianggap wajar bagi para pengguna MRT lainnya. Begitu juga dengan sejumlah petugas keamanan MRT yang berjaga. Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaludin mengatakan, sejak beroperasi resmi pada 1 April lalu, MRT hingga saat ini semakin lancar dan tepat waktu.

Operasional delapan rangkaian kereta sesuai jadwal mulai pu kul 05.30-22.30 WIB. Bah kan, penumpang per hari men capai 70.000-80.000 melebihi dari target 65.000 penumpang. Namun, diakui Kamal, ticketing memang masih menjadi masalah dan terus dalam perbaikan.

Khususnya vending machine atau mesin tiket yang saat ini dalam proses uji coba. Menurut dia, dalam waktu dekat ini vending machine segera me layani sebagai solusi antrean penumpang di loket. “Antrean masih dalam tahap wajar. Tidak ada penambahan loket. Justru yang kami kejar itu operasional vending machine. Kalau sudah yakin 100%, ven ding machine akan dioperasikan untuk mengurangi antrean,” kata Kamaludin saat dihubungi kemarin.

Harus Belajar dari Commuter Line

Wakil Ketua Masyarakat Trans portasi Indonesia Djoko Setijowarno menyayangkan langkah MRT Jakarta yang membuka satu loket. Ia melihat kondisi ini membuat penumpukan penumpang terjadi. “B agaimana penum pang mau nyaman, kalau dia saja terhambat untuk masuk dan ke luar,” kata Djoko.

Djoko melihat sebagai transportasi berbasis rel baru, MRT seyogianya belajar dari PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Pengalaman bertahun tahun membuat KCI mengenal betul perilaku masyarakat dalam kereta.

Termasuk mengantisipasi antrean yang terjadi, KCI telah membuat beragam sistem untuk membantu mengatur penumpang, dengan sistem antrean yang baik. Ia kemudian teringat saat mencoba sistem tapping KCI awal periode 2013. Kala itu sistem dan mesin terkendala menyebabkan antrean mengular di beberapa stasiun.

KCI ke mudian membuka secara manual, hingga akhirnya antrean itu bisa dikendalikan. Djoko melihat dalam sistem mesin yang error sangatlah wajar bila terjadi di MRT. Sebagai transportasi baru, MRT rentan terhadap masalah ini. Hanya, ia menyayangkan sistem loket yang dibuka hanya satu. “Ini jadi pelajaran. Harus ada petugas di sana. Apakah ini MRT kekurangan orang? Saya rasa tidak, mereka tidak mau belajar,” ucapnya.

Kepada MRT, Djoko mengingatkan agar perusahaan itu bisa mendorong orang beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Karena itu, kenyamanan diperlukan. “Jadi kalau tidaknyaman, mana orang mau pakai transportasi umum,” tandasnya. (Bima Setiyadi/Yan Yusuf)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement