MATARAM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Barat mendorong generasi milenial untuk berinvestasi saham sebagai salah satu upaya menjaga agar dana di dalam negeri tidak ke negara lain ketika terjadi gejolak ekonomi. ”Itu sebagai salah satu strategi dari kebijakan jangka pendek, menengah dan panjang yang dilakukan OJK Pusat," kata Kepala OJK NTB Farid Faletehan dilansir dari Harian Neraca, Jumat (12/4/2019).
Menurutnya, pasar saham di Indonesia masih sangat tergantung pada investor dari luar negeri karena penyerapan dana di dalam negeri relatif terbatas. Hal itu dibuktikan dengan%tase jumlah investor saham di Indonesia sebesar 60-65% dan sisanya investor dari luar negeri. Kondisi ini, lanjutnya, berbeda dengan di Thailand dengan jumlah investor lokal sudah mencapai 75%. Makanya kalau terjadi gejolak ekonomi, dana keluar ke negara lain dan investor lokal juga ikut-ikutan.
Baca Juga: Strategi dalam Berinvestasi Syariah di Pasar Modal
Oleh sebab itu, kata Farid, OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya meningkatkan investor ritel dari kalangan generasi milenial. Salah satu caranya adalah dengan terus menyosialisasikan manfaat berinvestasi saham di lingkungan kampus dan masyarakat umum. Dengan sosialisasi yang masif tersebut diharapkan generasi milenial dan masyarakat umum di NTB, termotivasi untuk berinvestasi saham. Apalagi sudah ada Kantor Perwakilan BEI di Mataram, dan lima perusahaan sekuritas yang beroperasi di NTB. Ada juga penjual reksadana yang sudah memiliki agen di daerah.