Proyek ini menunjukkan keinginan Facebook terhadap teknologi eksperimen. Sejak Facebook mengakuisisi Oculus pada 2013, mereka berusaha memperluas struktur organisasi dengan membentuk divisi baru. Pertama adalah divisi kelompok peranti keras AR/VR yang bertujuan mengembangkan alat percakapan video bernama Portal. Divisi tersebut termasuk melibatkan Building 8, divisi rahasia yang sebelumnya dijalankan mantan direktur DARPA dan pegawai Google Regina Dugan yang meninggalkan perusahaan itu pada akhir 2017.
Divisi kedua dikenal dengan Facebook Reality Labs yang dijalankan pionir game video Michael Abrash yang menjadi pegawai Facebook dan menjadi kepala ilmuwan di VR. Facebook AI Assistant sepertinya menggabungkan dua di visi tersebut di mana Synder akan memegang posisi tersebut.
Apapun tujuannya, Facebook akan fokus mengembangkan divisi peranti lunak sebagai platform bisnis masa depan dan tidak terbatas pada produk tunggal. Sebelumnya CEO Facebook Mark Zuckerberg selalu mendorong AI agar menjadi platform Facebook dan para penggunanya.
Dia sendiri memiliki robot pelayan yang bernama Jarvis. Dia juga menyebut miliarder Elon Musk tidak bertanggung jawab karena mengungkapkan bahwa AI bisa menjadi hal yang berbahaya. “Saya memiliki opini kuat mengenai ini (AI),” ujar Zuckerberg pada live broadcast pada Juli 2017. “Saya sangat optimistis. Saya adalah orang yang optimistis secara umum. Saya pikir kamu bisa membangun sesuatu atau dunia dengan lebih baik. Dengan AI khususnya, saya optimistis dan saya pikir orang yang menjadi penentang dan mencoba menabung skenario kimia, saya tidak memahaminya. Saya tidak memahaminya. Itu adalah cara negatif di mana saya pikir hal itu tidak bertanggung jawab,” sebutnya. (Andika Hendra Mustaqim)
(Feby Novalius)