JAKARTA - Pemerintah terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi ketidakpastian global yang meningkat akibat perang dagang yang semakin memanas. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perekonomian global masih dipenuhi tantangan dan ketidakpastian akibat eskalasi perang dagang, persaingan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas.
Kondisi ini menyebabkan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, pelemahan investasi, dan perdagangan global. “Pada pertemuan G20 di Jepang, suasananya masih terasa bahwa posisi belum berubah. Dalam arti ketegangan dari perdagangan internasional sisi retorika maupun action masih sama, bahkan ada kecenderungan lebih menguat,” ujarnya di Jakarta, kemarin. Dalam pertemuan G20 di Jepang pada Sabtu pekan lalu, Sri Mulyani menyebutkan, seluruh lembaga keuangan internasional memangkas proyeksi per tumbuhan ekonomi global sebagai imbas dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca Juga: Ancaman Kenaikan Tarif oleh Presiden Trump Rusak Sistem Perdagangan Global
Pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2019 telah dipangkas 0,3% menjadi 2,6% menurut Bank Dunia, 3,3% menurut International Monetary Fund (IMF), dan 3,2% menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).
Pertumbuhan perdagangan global hanya mencapai 2,6% merupakan yang terendah sejak krisis keuangan global 2008. Tekanan global ini menyebabkan kinerja ekspor Indonesia mengalami perlambatan.
”Kalau dulu pertumbuhan dari perdagangan internasional bisa dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai 5% atau bahkan 6%, sekarang hanya tumbuh 2,6%,” ungkapnya.
Menurut dia, risiko dari ketegangan perdagangan global akan berdampak pada semester kedua tahun ini. “Pada semester kedua, dengan interest rate cenderung turun namun di sisi lain lingkungan global melemah, kita bisa boost investasi.
Baca Juga: Ide Presiden Trump Kenakan Tarif untuk Meksiko Bisa Bahayakan Ekonomi Global
Sebab perhatian terhadap kenaikan suku bunga jadi lebih rendah. Bahkan beberapa negara sudah mulai menurunkan suku bunga,” tuturnya. Meski begitu, keputusan investasi tidak hanya dilakukan dari sisi cost of fund , melainkan juga dari sisi prospek ekonomi.
Diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh di atas 5% sehingga memberikan confidence terhadap investor, tapi di sisi lain cost of fund juga semakin turun.
“Oleh karena itu, kita tetap harus fokus agar motor penggerak ekonomi kita dari sisi domestic demand, selain konsumsi, government spending, investasi bisa back-up .
Sementara ekspor akan bisa diminimalkan sebagai dampak dari pelemahan global ekonomi,” kata Sri Mulyani. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pemulihan ekonomi global lebih rendah dari perkiraan.